Rabu 18 Jan 2017 14:29 WIB

Iran Tolak Partisipasi AS dalam Pembicaraan Damai Suriah

Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.
Foto: Reuters
Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Selasa (17/1) mengatakan negaranya menentang keikutsertaan Amerika Serikat dalam pembicaraan perdamaian mengenai Suriah, demikian laporan kantor berita Tasnim.

"Kami belum mengundang Amerika Serikat dan kami menentang kehadiran AS di Kazakhstan pekan depan," kata menteri tersebut.

Pernyataan itu dikeluarkan setelah Zarif dan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov bertukar pandangan mengenai pembicaraan perdamaian Suriah dalam percakapan telepon pada Senin, kata laporan tersebut. Setelah upaya diplomatik gencar oleh Rusia, Turki dan Iran, Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata pada awal Januari.

Belakangan diumumkan babak baru pembicaraan perdamaian antara Pemerintah Suriah dan kelompok oposisi akan dilanjutkan di Astana, Kazakhstan pada 23 Januari. Rusia dan Turki telah mengundang Amerika Serikat untuk ikut dalam pembicaraan tersebut.

Baca: Pemerintah Suriah Kirim Delegasi ke Pembicaraan Kazakhstan

Delegasi Suriah ke perundingan di Astana akan berjumlah 10 diplomat, anggota parlemen dan personel militer yang dipimpin oleh wakil tetap Suriah untuk PBB, kata harian pro-pemerintah Al-Watan di jejaringnya, Selasa (17/1). Bashar Jaafari akan memimpin delegasi pemerintah, yang meliputi Penasehat Menteri Luar Negeri Ahmad Arnus, Duta Besar Suriah untuk Moskow Riad Haddad dan Ahmad Kuzbari, seorang anggota parlemen Suriah.

Tiga perwira Suriah juga termasuk di dalam delegasi tersebut. Jadwal perundingan tersebut telah ditetapkan hanya dua topik: yang pertama ialah gencatan senjata yang melibatkan semua pihak di negeri itu antara delegasi gerilyawan dan delegasi Suriah, dan topik kedua adalah mencari prinsip penyelesaian politik.

Dalam acara di Ankara, Turki, pada Ahad (15/1), sembilan kelompok gerilyawan sepakat untuk ikut dalam pertemuan 23 Januari di Astana, yang merupakan hasil dari kesepakatan Turki-Rusia belum lama ini. Sebagian besar kelompok paling utama gerilyawan yang akan hadir ialah Jaish Al-Islam atau Tentara Islam, kekuatan utama gerilyawan yang menguasai daerah penting di sebelah timur Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Namun enam kelompok lain gerilyawan telah menolak untuk ikut, terutama yang berpusat di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah, terutama Ahrar Ash-Sham, Suqur Ash-Sham, Failaq Rahman, Jaish Idlib dan kelompok lain. PBB telah menerima undangan bagi pembicaraan perdamaian mendatang di Astana mengenai Suriah dan telah merancang satu tim untuk menghadiri pertempuran itu, kata Juru Bicara Farhan Haq pada Selasa.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement