Selasa 11 Apr 2017 17:36 WIB

AS Buka Peluang Serang Suriah Jika Bom Barel Digunakan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Bom meluluhlantakkan bangunan di Suriah.
Foto: Reuters
Bom meluluhlantakkan bangunan di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintahan Presiden AS Donald Trump mengisyaratkan alasan lebih kuat untuk melakukan intervensi militer di Suriah. AS dimungkinkan akan melancarkan serangan jika rezim Bashar al-Assalh memakai bom barel di Suriah.

“Anda menonton bayi dan anak-anak terkena gas beracun dan mereka menderita karena bom barel, saya pikir presiden dengan sangat jelas menunjukkan tindakan lebih lanjut akan dilakukan oleh Amerika Serikat," ujar juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, Senin (10/4) seperti dikutip The Guardian.

Intelijen AS percaya Assad melakukan serangan dengan menggunakan bahan kimia sarin, yang menewaskan puluhan warga sipil termasuk anak-anak. Namun, Spicer juga menyinggung bom barel, amunisi yang sering digunakan di Suriah dan memakan banyak korban jiwa.

"Saya pikir presiden dengan jelas menunjukkan ada sejumlah pelanggaran pekan lalu. Jawabannya adalah gas beracun pada bayi dan bom barel pada orang-orang tak bersalah. Saya pikir Anda akan melihat respons dari presiden atas tindakan yang tidak dapat diterima," ujar Spicer.

Gedung Putih menyatakan, kemungkinan bom barel yang diledakkan di Suriah membawa senjata kimia seperti klorin. Rezim Assad diduga menggunakan gas klorin dalam beberapa serangan sejak 2013.

Baca juga, AS Serang Suriah, 59 Misil Ditembakkan.

Spicer mengatakan, Presiden Trump sangat memberikan perhatian kepada anak-anak Suriah yang juga menjadi korban bom konvensional. Lebih dari setengah juta orang tewas dalam enam tahun perang di Suriah.

Pada Selasa (11/4), sejumlah diplomat berkumpul di hari kedua pertemuan negara-negara G7 di Italia, untuk membahas perang Suriah. Amerika Serikat, Inggris, dan negara lainnya menyatakan kemungkinan untuk memberikan sanksi baru terhadap militer Suriah dan Rusia.

Menteri Luar Negeri Inggris, Boris Johnson, yang membatalkan kunjungannya ke Moskow, mengatakan pertemuan G7 akan membahas kemungkinan adanya sanksi lebih lanjut kepada beberapa tokoh militer Suriah. Menurutnya, ada beberapa tokoh militer Rusia yang telah terlibat dalam mengkoordinasikan upaya militer di Suriah.

Rusia membantah rezim Suriah telah melakukan serangan kimia di Khan Sheikhun, yang menewaskan lebih dari 80 orang. Sebaliknya, Rusia justru mengecam serangan rudal AS ke Suriah dan menyebutnya operasi ilegal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement