Kamis 27 Apr 2017 19:15 WIB

Soal Pengungsi Suriah, Ivanka Trump Bertentangan dengan Ayahnya?

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Ivanka Trump
Foto: EPA
Ivanka Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putri sekaligus penasihat Presiden AS Donald Trump, Ivanka Trump, mengatakan AS sepertinya perlu untuk mengakui lebih banyak pengungsi dari Suriah. Ia menilai krisis tersebut memang patut untuk diselesaikan.

Pernyataan Ivanka Trump tersebut dinilai cukup bertentangan dengan cara pandang Donald Trump dalam melihat persoalan pengungsi dan krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di negara-negara Timur Tengah serta Afrika.

Sebab, seperti diketahui, setelah dilantik menadi presiden, Trump justru menerbitkan kebijakan yang melarang warga dari negara mayoritas Muslim untuk memasuki AS.

"Saya pikir ada krisis kemanusiaan global yang sedang terjadi dan kita harus berkumpul serta menyelesaikannya bersama," kata Ivanka Trump ketika diwawancarai NBC, seperti dikutip laman New York Times, Kamis (27/4).

Ketika ditanya apakah upaya penyelesaian itu termasuk mengakui pengungsi Suriah untuk datang ke AS, Ivanka Trump menjawab hal tersebut memang perlu didiskusikan. "Itu harus menjadi bagian dari diskusi. Tapi itu tidak akan cukup dalam dan darinya sendiri," ucapnya.

Saat ditanya bagaimana posisinya menanggapi pengungsi dan krisis kemanusiaan yang terjadi di Suriah, Ivanka Trump enggan menjawab. Ia juga tidak menjawab pertanyaan apakah pernyataannya tersebut diutarakan untuk memberi tekanan kepada ayahnya sendiri.

Dua penasihat Ivanka Trump yang menolak untuk dipublikasikan identitasnya, menilai pernyataan putri Donald Trump tersebut, secara politis, tentu salah. Sebab pernyataannya menempatkan Ivanka Trump dalam posisi yang bertentangan dengan ayahnya. Pernyataannya juga menyiratkan bahwa Ivanka Trump sebenarnya melawan kebijakan ayahnya terkait imigran dari negara mayoritas Muslim.

Pada 2016, AS mengakui lebih dari 13 ribu pengungsi Suriah di negara itu. Namun, ketika Trump didaulat menjadi presiden, jumlah tersebut segera dibatasi. Selain itu, ia juga melarang warga dari negara mayoritas Muslim atau pernah dikuasai ISIS untuk masuk dan tinggal di AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement