Selasa 02 May 2017 16:01 WIB

HRW: Suriah Empat Kali Lakukan Serangan Kimia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Foto yang diambil kelompok antipemerintah Suriah Edlib Media Center yang telah diautentifikasi menunjukkan dokter menangani seorang anak menyusul dugaan serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.
Foto: Edlib Media Center, via AP
Foto yang diambil kelompok antipemerintah Suriah Edlib Media Center yang telah diautentifikasi menunjukkan dokter menangani seorang anak menyusul dugaan serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB -- Human Rights Watch (HRW) mengatakan pasukan pemerintah Suriah telah melakukan serangan senjata kimia sebanyak empat kali sejak Desember tahun lalu. Salah satu serangan yang paling mematikan terjadi pada April tahun ini yang menewaskan hampir 100 orang.

Menurut laporan yang diterbitkan HRW pada Senin (1/5), terdapat pola penggunaan senjata kimia yang meluas dan sistematis. Pasukan Presiden Bashar al Assad juga telah melakukan serangan dengan bahan kimia klorin yang disimpan di permukaan roket, dalam pertempuran di dekat Damaskus.

"Penggunaan agen saraf oleh pemerintah telah berada dalam eskalasi yang mematikan. Dalam enam bulan terakhir, pemerintah telah menggunakan pesawat tempur, helikopter, dan pasukan darat untuk menyebarkan klorin dan sarin di Damaskus, Hama, Idlib, dan Aleppo," kata Kenneth Roth, direktur eksekutif HRW, dikutip Aljazirah.

HRW mengaku telah mewawancarai 60 saksi dan mengumpulkan foto dan video yang berisi informasi mengenai empat dugaan serangan kimia untuk laporannya yang berjudul Death by Chemicals. Keempat serangan itu terjadi di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.

Di Khan Sheikhoun, warga mengatakan bom pertama yang diyakini membawa senjata kimia mematikan, diturunkan di dekat toko roti di pusat kota tersebut. Bom itu kemudian diikuti oleh tiga atau empat bom peledak tinggi lainnya beberapa menit kemudian.

Puluhan foto dan video yang diberikan oleh penduduk, menujukkan sebuah kawah dari bom pertama yang dipenuhi fragmen logam berwarna hijau, yang menurut HRW mungkin adalah bom Khuf-250 buatan Soviet. Laporan tersebut meragukan klaim Suriah dan Rusia senjata kimia menyebar di Khan Sheikhoun setelah sebuah bom menghancurkan depot senjata kimia di milik pemberontak.

"Tidak masuk akal bom konvensional dapat menghancurkan gudang senjata kimia berulang kali di seluruh negeri," ujar dia.

Sedikitnya 92 orang, termasuk 30 anak-anak, meninggal dunia dalam serangan kimia di Khan Sheikhoun dan ratusan lainnya terluka. Pada 11 dan 12 Desember, sekitar 64 orang juga tewas terkena paparan racun agen saraf, setelah pesawat tempur pemerintah menyerang wilayah yang dikuasai ISIS di Hama timur.

Serangan ketiga diduga dilakukan di Hama utara pada 30 Maret. Tidak ada korban jiwa dalam serangan kimia ini, namun puluhan warga sipil terluka parah.

Presiden Assad telah membantah menggunakan senjata kimia. Ia mengatakan serangan sarin yang dicurigai dilakukan di Khan Sheikhoun adalah sebuah rekayasa untuk membenarkan serangan rudal AS ke sebuah pangkalan udara Suriah.

HRW mendesak Dewan Keamanan PBB untuk memberlakukan sanksi terhadap siapapun yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Koresponden Aljazirah, Rosiland Jordan, mengatakan para diplomat PBB telah mengonfirmasi laporan tersebut sebagai sebuah insiden nyata dari apa yang mereka ketahui terjadi di Suriah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement