Kamis 22 Jun 2017 18:37 WIB

Kisah Unta yang Terdampar Akibat Boikot Qatar

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Hewan unta (ilustrasi)
Foto: EPA
Hewan unta (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Ribuan unta terlihat melintas di sepanjang perbatasan gurun yang membatasi wilayah Arab Saudi dan Qatar pada Selasa (20/6) lalu. Hewan yang memiliki punuk itu nampak tengah mengembara, mencari sebuah tujuan.

Tanpa disangka, kawanan unta tersebut ternyata mencari pemilik-pemilik mereka. Setelah terdampar dan mengembara berhari-hari, momen pertemuan dengan sang tuan yang merawat hewan itu begitu dinanti.

Dari arah perbatasan Qatar, terlihat sejumlah pria yang mengenakan baju gamis putih khas tradisional Timur Tengah. Mereka adalah pemilik dari unta-unta yang telah melewati berhari-hari pengembaraan di gurun yang begitu panas dan berdebu.

Dengan antusias para pemilik hewan-hewan ini menunggu di area perbatasan. Seperti menanti keluarga yang lama terpisah, bola mata mereka terus berputar melihat dengan jelas unta-unta tersebut, yang mana mereka miliki atau bukan. "Syukurlah aku dapat membawa unta-untaku kembali ke sini," ujar Ali Magareh, seorang pemilik unta.

Ali menunggu unta tersebut di perbatasan Qatar bersama dengan anak laki-lakinya. Ia mengatakan bahwa sudah satu pekan, unta-unta miliknya yang terlantar dan harus menempuh perjalanan kembali ke negaranya dari Arab Saudi.

Tanpa disangka, peristiwa yang cukup unik ini menjadi salah satu dampak dalam ketegangan yang terjadi antara sejumlah negara Arab dan Qatar. Tak hanya berdampak kepada manusia, yang pasti menjadi korban dalam setiap konflik, namun hewan-hewan pun juga ikut serta mengalami hal itu.

"Sudah satu pekan mereka (unta-unta) menahan lapar dan harus menunggu di sana hingga akhirnya harus berjalan dengan sabar untuk kembali kepada kami," jelas Magareh.

Pria berusia 40 tahun itu juga mengatakan hingga saat ini banyak pemilik unta yang berupaya mencari hewan milik mereka yang berada di wilayah Arab Saudi. Di bawah kesepakatan informal dengan penjaga perbatasan dari negara tetangga itulah, warga Qatar berharap untuk dapat melihat kembali unta mereka.

Seperti diketahui, pada 5 Juni lalu, Arab Saudi, Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Kemudian tiga negara lain, yaitu Yaman, Maladewa, dan Libya mengikuti langkah serupa.

Qatar dituding telah mendukung kelompok teroris, termasuk Ikhwanul Muslimin. Negara itu disebut juga mendanai, merangkul terorisme, ektremisme, serta organisasi sektarian yang dianggap berbahaya untuk keamanan nasional masing-masing tersebut, serta seluruh wilayah di Timur Tengah.

Dengan keputusan pemutusan hubungan diplomatik, Arab Saudi saat ini telah menutup perbatasan antara negara itu dan Qatar. Jalur transportasi melalui darat, laut dan udara juga seluruhnya diblokade.

Selama ini, Qatar menjadi salah satu negara yang bergantung pada makanan impor. Tercatat pada 2015 lalu, impor senilai hingga 1 triliun dolar AS dilakukan oleh Qatar dari Arab Saudi dan UEA.

Karena itu, dengan keputusan blokade, distribusi makanan bagi warga Qatar dikhawatirkan dapat terhenti. Beberapa saat setelah pemutusan hubungan diplomatik tersebut, banyak warga Qatar yang dilaporkan langsung berbelanja dalam jumlah besar untuk memasok makanan.

Selain menutup jalur transportasi, pemutusan diplomatik dengan Qatar juga membuat warga dari negara itu yang menetap di Bahrain, Arab Saudi, dan UEA harus pergi. Mereka diberikan waktu selama dua pekan atau 14 hari untuk meninggalkan negara-negara tersebut.

Amnesty Internasional sebelumnya memperingatkan bahwa blokade yang dilakukan terhadap Qatar membuat warga sipil negara itu terlantar. Beberapa diantara mereka harus menghadapi kemungkinan terpisah dari keluarga karena diusir dari negara yang saat ini ditinggali. Tercatat ada sekitar 6.000 keluarga di negara-negara Teluk Arab yang memiliki anggota berasal dari Qatar.

Dalam kasus unta-unta milik warga Qatar, Arab Saudi dalam upaya blokade terbarunya mengatakan semua hewan, yang selain unta pada umumnya adalah domba harus meninggalkan padang rumput wilayah mereka. Selama ini warga di negara itu memang memelihara hewan-hewan di wilayah gurun sebelah timur Arab Saudi.

Karena itu, boikot yang dilakukan terhadap negara mereka mengancam berbagai tradisi yang berkaitan dengan hewan khas Timur Tengah itu, termasuk elang. Tak hanya sekadar merawat, biasanya, warga Qatar memelihara unta mereka di wilayah timur Arab Saudi selama musim dingin. Di sana, hewan-hewan itu dilatih untuk mengikuti kontes.

Pihak berwenang Qatar memperkirakan setidaknya 15 ribu unta dan 10 ribu domba saat ini sudah dalam perjalanan melintasi wilayah perbatasan dengan Arab Saudi. Selama ini, banyak warga yang memelihara hewan ternak mereka di negara tetangga itu karena keterbatasan padang rumput, dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement