Rabu 28 Jun 2017 10:24 WIB

Sedikitnya 24 Migran Meninggal di Lepas Pantai Libya

Imigran tenggelam
Foto: www.abc.net.au
Imigran tenggelam

REPUBLIKA.CO.ID, LIBYA -- Relawan Red Crescent menemukan mayat 24 migran, pada Selasa (27/6), di pinggiran timur ibu kota Libya, Tripoli. Penemuan itu bersamaan saat penyelamatan berskala besar yang dilakukan di Laut Tengah. Namun, jumlah korban meninggal dipredikis akan terus meningkat.

Warga di distrik Tajoura mengatakan, mayat tersebut mulai mencul pada akhir pekan lalu. "Bahkan, beberapa di antaranya telah dimakan sebagian oleh anjing liar," menurut seorang petugas penjaga pantai setempat.

Seperti dilansir Arab News, Rabu (28/7), jumlah korban diperkirakan terus meningkat. Ini karena, perahu kecil yang digunakan untuk mengangkut migran di perairan internasional, biasanya membawa lebih dari 100 orang.

Sebuah kelompok bantuan Jerman mengatakan, selama operasi penyelamatan yang dipimpin Italia, tiga migran ditemukan tewas di Mediterenia, pada Senin malam. Sementara, sekitar 5.000 migran lainnya berhasil dievakuasi ke tempat yang aman.

"Meskipun ada usaha, tiga orang meninggal karena kapal karet yang tenggelam. Namun, kapal penyelamatan di daerah tersebut sedang berjuang untuk mengatasi," kata kelompok kemanusiaan Jerman, Jugend Rettet, dalam akun Facebooknya.

Jugend Rettet (Rescuing Youth) adalah satu dari sekitar sembilan kelompok bantuan yang berpatroli di laut, dimana orang-orang pedagang telah mengirim lebih dari setengah juta pengungsi dan migran dalam pelayaran yang sangat berbahaya ke Eropa dalam empat tahun terakhir.

"Kami mencapai batas kapasitas kapal kami, sementara awak kapal kami melihat lebih banyak kapal di lautan. Saat ini, semua kapal kelebihan muatan," tambah Jugend Rettet.

Jumlah total migran yang mencapai Eropa tahun ini kurang dari setengah yang dihitung pada periode yang sama tahun 2016. Ini karena adanya kesepakatan antara Uni Eropa dan Turki yang memblokir rute tersibuk pengiriman migran ke Yunani. Akibatnya, jumlah migran yang datang ke Italia menjadi meningkat.

Sekitar 72.000 migran tiba di Italia dengan rute berbahaya dari Libya antara 1 Januari dan 21 Juni. Jumlah itu, kira-kira 20 persen lebih banyak dari tahun 2016, dan lebih dari 2.000 orang meninggal dalam perjalanan, menurut Organisasi Migrasi Internasional.

Geng-geng kriminal telah memanfaatkan pelanggaran hukum yang meluas di Libya untuk membangun bisnis yang menguntungkan, yang menjejalkan sebagian besar migran sub-Sahara Afrika dan Bangladesh ke dalam perahu karet.

"Kapal angkatan laut Spanyol Victoria, yang ditempatkan di misi Mediterania Uni Eropa, membantu enam kapal dan membawa migran dari kapal penyelamat yang sudah penuh kapasitas," kata kementerian pertahanan Spanyol.

Victoria kemudian menuju ke pulau Lampedusa di Italia selatan dengan 907 migran di kapal, salah satunya dalam kondisi kritis, kata sebuah pernyataan kementerian.

Italia dan Uni Eropa berusaha bekerja sama dengan pihak berwenang Libya untuk memerangi penyelundup, namun kekacauan yang sama yang memungkinkan gerombolan berkembang dapat menghambat upaya resmi.

sumber : arabnews.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement