Jumat 28 Jul 2017 11:30 WIB

Krisis Al-Aqsha, Raja Salman Hubungi Donald Trump

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden AS Donald Trump bersama Raja Salman di Riyadh, (21/5).
Foto: AP
Presiden AS Donald Trump bersama Raja Salman di Riyadh, (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Raja Arab Saudi, Raja Salman menghubungi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk membahas krisis di Al Aqhsa, Kamis (27/7). Royal Court Arab Saudi mengatakan Raja Salman juga menghubungi beberapa pemimpin negara lainnya terkait ketegangan di Yerusalem.

Dalam pernyataan dilansir Arab News, pemerintah Saudi mendesak AS untuk menekan Israel. Raja Salman meminta hak beribadah warga Palestina di masjid Al Aqhsa dikembalikan dan situs kembali dibuka.

Raja Salman juga menekankan agar semua pihak berupaya mengembalikan kedamaian di area kompleks Al Aqhsa dan menghormati situs suci tersebut. Ia menegaskan Muslim Palestina harus bisa beribadah dengan aman di lingkungan yang damai.

Lebih jauh, Saudi menggarisbawahi pentingnya mencari solusi komperhensif atas permasalahan di Palestina. Sesuai dengan Inisiatif Perdamaian Arab, solusi dua negara dan resolusi internasional yang relevan lainnya.

Pernyataan ini keluar sebelum akhirnya Israel mencopot semua utilitas keamanan di gerbang masuk kompleks Al-Aqsa pada Kamis pagi. Dilansir Al Arabiya, Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad Al-Malki mengungkapkan apresiasinya pada Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud.

Dalam pidatonya saat pertemuan darurat dengan menteri-menteri luar negeri negara Arab di Kairo, ia menyatakan krisis Al-Aqsa ini adalah tentang kedaulatan. "Pertempuran di Yerusalem tidak akan berakhir hingga Israel mengakhiri tindakan penjajahannya," kata dia.

Ia menambahkan setiap tindakan serangan yang Israel lakukan adalah untuk mengetes reaksi negara-negara Muslim. "Secara keseluruhan ini bukan soal keamanan tapi politik," kata Al-Malki.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement