Rabu 16 Aug 2017 14:32 WIB

Setelah 27 Tahun, Saudi dan Irak Buka Perbatasan Arar

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Perbatasan Arar.
Foto: hotelroomsearch.net
Perbatasan Arar.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH--- Setelah 27 tahun lamanya, Arab Saudi dan Irak berencana untuk membuka perbatasan Arar untuk perdagangan. Perbatasan ini ditutup pada tahun 1990  setelah negara-negara tersebut memutuskan hubungan karena invasi Saddam Hussein ke Kuwait.

Pejabat Saudi dan Irak berkeliling ke lokasi tersebut pada Senin waktu setempat dan berbicara dengan calon jamaah haji yang selama 27 tahun terakhir memiliki akses ke persimpangan hanya sekali setahun.

Gubernur provinsi Anbar Irak barat daya Sohaib al-Rawi mengatakan bahwa pemerintah Irak telah mengirim pasukan untuk melindungi rute padang pasir yang mengarah ke Arar dan menyerukan pembukaan perbatasan tersebut. Ini merupakan sebuah langkah signifikan untuk meningkatkan hubungan kedua negara.

"Ini merupakan awal yang bagus untuk kerja sama  di masa depan antara Irak dan Saudia Arabia," kata Sohaib al-Rawi seperti dilansir Middle East Monitor (15/8).

Pengumuman tersebut menyusul keputusan kabinet Saudi untuk membentuk komisi perdagangan bersama dengan Irak.

Arab Saudi dan Uni Emirat Arab sama-sama merayu tetangga utara mereka dalam upaya untuk menghentikan pengaruh regional yang berkembang dari  Iran.

Negara-negara Teluk Arab yang mayoritas pengikut Sunni belum lama ini menerima ulama Syiah Irak berpengaruh Moqtada al-Sadr. Ia kemudian melakukan pembicaraan dengan pangeran mahkota Saudi. Ini merupakan kunjungan langka karena setelah bertahun-tahun kedua negara tidak memiliki hubungan yang baik.

Kantor Sadr mengataka, pertemuan dengan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman menghasilkan sebuah kesepakatan untuk Arab Saudi menyumbangkan bantuan 10 juta dolar AS kepada pemerintah Irak. Selain itu Saudi mempelajari kemungkinan investasi di wilayah Irak selatan.

Pembukaan penyeberangan perbatasan untuk perdagangan juga masuk dalam daftar yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Sadr memiliki banyak pengikut di kalangan kaum miskin kota Baghdad dan Irak selatan dan merupakan satu dari sedikit pemimpin Syi'ah Irak yang tidak jauh dari Teheran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement