Jumat 18 Jun 2010 01:22 WIB

Israel Kemungkinan Hanya akan Ringankan Blokade Darat

Tampak petugas pelabuhan Israel menunjukkan mainan yang dilarang masuk ke Gaza oleh pemerintah Israel.
Foto: AP
Tampak petugas pelabuhan Israel menunjukkan mainan yang dilarang masuk ke Gaza oleh pemerintah Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM--Israel diharapkan akan meringankan aturan dalam blokade darat di Gaza beberapa hari mendatang, sebagai usaha untuk meredam tuntutan pencabutan blokade Gaza dari dunia internasional akibat serangan kapal bantuan oleh militer Israel, akhir Mei lalu. Demikian diungkap seorang pejabat berwenang, Rabu (16/6).

Israel kini sedang mencari cara untuk meringankan embargo, sekaligus isolasi internasional yang diberlakukannya. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memanggil menteri dan pejabat senior keamanan untuk mendiskusikan perubahan tapi gagal mencapai keputusan. 

Rencananya mereka akan melakukan pengambila suara, Kamis (17/6), kata seorang anggota pertemuan itu yang menolak disebutkan namanya. Salah seorang pejabat mengatakan, Israel diharapkan akan meringankan embargo Gaza terutma melalui jalur darat.

Namun, blokade angkatan laut yang merupakan dasar dari kemarahan dunia internasional akibat serangan militer terhadap armada kapal bantuan pro-Gaza tetap diberlakukan, sebab Israel ingin memastikan senjata tidak dapat dibawa masuk ke Gaza. Pejabat itu juga minta tidak disebutkan namanya karena kebijakan itu belum disetujui.

Selama ini, hanya perlengkapan kemanusiaan diperbolehkan masuk ke Gaza sejak tiga tahun terakhir. Namun, barang-barang seperti besi, kaca dan semen dilarang karena Israel takut barang tersebut dapat digunakan untuk membuat senjata atau benteng pertahanan. Tetapi, barang-barang tersebut sangat dibutuhkan untuk membangun kembali rumah dan perdagangan setelah serangan Israel ke Gaza tahun lalu.

Kabarnya, Israel mempersempit daftar larangan bahan-bahan bangunan yang sangat dibutuhkan warga di Gaza. Dalam daftar yang baru, bahan seperti semen dan besi akan diperbolehkan masuk sampai batas-batas tertentu yang akan dilakukan dengan koordinasi dengan PBB. Namun tidak akan tersedia secara gratis untuk warga biasa, jelas seorang pejabat.

Larangan terhadap barang-barang lain seperti peralatan sekolah, buku, komputer dan mainan diharapkan akan segera dicabut. Jika benar hal itu dilaksanakan, bisa menjadi angin segar bagi warga Gaza. Namun, belum jelas apakah akan ada perubahan pada aspek yang paling berpengaruh akibat blokade yaitu larangan terhadap ekspor dan bahan material mentah untuk digunakan pada produksi industri.

"Akan sangat menyenangkan bagi warga Gaza menerima barang yang sebelumnya dilarang seperti kertas, mainan dan komputer. Namun, mereka juga butuh bahan mentah untuk meneruskan produksi dan bekerja dengan layak," ujar Sari Bashi, seorang penggiat Israel yang termasuk dalam kelompok Gisha yang berjuang untuk membuka perbatasan Gaza.

Surat kabar Israel, Haaretz melaporkan, Rabu (16/6), utusan internasional untuk negara timur tengah, Tony Blair telah menyusun garis-garis besar kesepakatan dengan Netanyahu. Dikatakan kesepakatan itu akan mencakup Israel untuk mempertimbangkan penempatan monitor Eropa di perlintasan perbatasan untuk memeriksa barang-barang yang masuk.

"Hal ini akan memungkinkan kita untuk mencegah masuknya senjata dan bahan ke dari Gaza, namun di sisi lain untuk membantu penduduk Palestina," ujar Blair sambil menambahkan dia sedang menunggu hasil voting dari Israel. "Strategi di Gaza adalah untuk mengisolasi ekstremis tapi untuk membantu rakyat," tegas Blair.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement