Sabtu 07 Oct 2017 19:46 WIB

Saudi Beli Sistem Pertahanan Rudal Canggih AS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). ilustrasi.
Foto: Reuters/Missile Defense Agency
Sistem pertahanan antirudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD). ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) telah menyetujui penjualan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), pada Jumat (6/10). Penjualan sistem pencegat rudal senilai 15 miliar dolar AS ini disepakati setelah Arab Saudi menganggap Iran sebagai ancaman bagi regional.

Persetujuan AS tersebut akan membuka jalan bagi Arab Saudi untuk membeli 44 peluncur THAAD dari Lockheed Martin Co, 360 rudal, 16 Fire Control and Communications Mobile Tactical Stations, dan tujuh radar AN/TPY-2 dari Raytheon Co. Paket tersebut juga mencakup peralatan pemeliharaan, 43 truk, generator, unit tenaga listrik, trailer, peralatan komunikasi, alat uji, serta suku cadang.

Lockheed Martin Co adalah kontraktor utama untuk sistem THAAD di AS. Sementara Raytheon Co memainkan peran penting dalam perangkat penyebaran sistem.

"Penjualan ini melampaui kepentingan keamanan nasional dan luar negeri AS, serta mendukung keamanan jangka panjang Arab Saudi dan kawasan Teluk dalam menghadapi ancaman regional Iran dan lainnya," tulis Badan Keamanan Pertahanan Pentagon dalam sebuah pernyataan.

Pencegat rudal, peluncur, dan radar THAAD merupakan paket persenjataan yang ditawarkan Presiden AS Donald Trump kepada Arab Saudi dalam kunjungannya pada Mei lalu. Negosiasi kontrak ini dapat berlanjut kecuali Kongres AS memblokir kesepakatan penjualan tersebut dalam waktu 30 hari.

Arab Saudi akan menjadi negara kedua yang membeli THAAD setelah Uni Emirat Arab (UEA). Sistem pencegat rudal THAAD dikerahkan untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik, dengan menghancurkan rudal jarak pendek dan menengah.

Arab Saudi dan AS sangat kritis terhadap perilaku agresif Iran di Timur Tengah. Iran memiliki salah satu program rudal balistik terbesar di Timur Tengah, sehingga penting bagi AS dan negara lainnya, terutama negara-negara teluk, untuk melakukan upaya pencegahan.

Stasiun TV al-Arabiya milik Arab Saudi juga melaporkan, kerajaan telah setuju untuk membeli sistem rudal S-400 surface-to-air dari Rusia. Pengumuman ini disampaikan saat Raja Salman melakukan kunjungan ke Rusia, yang merupakan kunjungan pertama Raja Saudi ke negara tersebut.

Penjualan senjata militer AS ke Arab Saudi telah mendapat sorotan tajam, terutama setelah perang sipil terjadi di Yaman dan koalisi pimpinan Arab Saudi memainkan peran kunci di dalamnya.

Riyadh dan sekutu-sekutunya telah menyerang Houthi yang bersekutu dengan Iran di perang Yaman, sejak Houthi merebut sebagian besar wilayah utara negara itu pada 2011.

Riyadh mengatakan, koalisi pimpinannya akan memerangi teroris dan mendukung pemerintahan sah Yaman di bawah Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Namun kepala hak asasi manusia (HAM) PBB mengatakan kepada Arab Saudi, serangan udara yang meluas telah menyebabkan banyak korban sipil di Yaman.

AS telah memindahkan THAAD ke Korea Selatan (Korsel) pada tahun ini untuk berjaga-jaga terhadap rudal jarak pendek Korea Utara (Korut). Pemasangan THAAD di Korsel telah memicu kritik dari Cina, yang mengatakan radar kuat sistem tersebut dapat mempengaruhi wilayahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement