Selasa 17 Oct 2017 10:14 WIB

Militer AS Berupaya Redakan Krisis di Kirkuk

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Tentara AS di Baghdad,Irak.
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Tentara AS di Baghdad,Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Militer AS berusaha mengurangi skala bentrokan antara pasukan Irak dan Kurdi Peshmerga, yang sama-sama mereka latih di Kirkuk. Sebelumnya, pasukan Irak mengklaim telah berhasil dengan cepat mengambil alih hampir seluruh wilayah yang kaya akan minyak itu.

Juru bicara Pentagon Kolonel Robert Manning menyebut pengambilalihan tersebut sebagai gerakan terkoordinasi, bukan serangan. Menurutnya, baku tembak yang dilaporkan mengakibatkan beberapa korban tewas adalah insiden yang terisolasi.

 

"Kami belum melihat tingkat kekerasan yang tinggi seperti yang ada di beberapa laporan media. Kami mendorong kedua belah pihak tidak saling bertarung," kata Manning, yang juga mendesak kedua belah pihak terus fokus pada ancaman ISIS.

 

Dia menambahkan, komandan AS di wilayah tersebut telah aktif berusaha menengahi kedua belah pihak. "Pemimpin koalisi di semua tingkat mendorong rekan-rekan mereka di pasukan keamanan Irak melakukan dialog dan de-eskalasi," ujar Manning, dikutip The Guardian.

 

Presiden AS Donald Trump juga angkat bicara mengenai krisis yang terjadi di Kirkuk. "Kami tidak menyukai kenyataan mereka bentrok, tapi kami tidak berpihak," ungkap Trump di Gedung Putih, Senin (16/10).

 

Baca: Pasukan Irak Klaim Kuasai Seluruh Kirkuk

 

Namun Kedutaan Besar AS di Baghdad menyatakan dukungannya terhadap kedaulatan Irak di Kirkuk. "Kami mendukung penegasan kembali otoritas federal secara damai, sesuai dengan konstitusi Irak, di semua wilayah yang disengketakan," kata Kedubes AS dalam sebuah pernyataan.

 

Konfrontasi Irak dengan pasukan Kurdi merupakan ancaman serius bagi upaya AS melawan ISIS. Selama ini pasukan Kurdi telah menjadi mitra Washington yang paling efektif dalam operasi perlawanan itu.

 

Washington juga menyatakan kekhawatiran akan keterlibatan Iran dalam pengambilalihan Kirkuk. Tentara Irak melakukan operasi militer di wilayah itu dengan dukungan pasukan Syiah Popular Mobilization Unit (PMU) Iran.

 

"Saya sangat prihatin dengan laporan media pasukan yang didukung Iran menjadi bagian dari serangan tersebut. Pasukan Irak harus segera mengambil langkah untuk mengurangi ketegangan ini dengan menghentikan mereka," kata Senator John McCain, dalam sebuah pernyataan tertulis.

 

Manning menambahkan, Pentagon telah diyakinkan oleh pemerintah Irak mereka hanya akan menggunakan persenjataan AS sesuai dengan hukum AS dan kesepakatan bilateral keduanya. Dia juga mengatakan, dia tidak mengetahui adanya keterlibatan langsung Iran dalam operasi militer di Kirkuk. Meski demikian, pimpinan pasukan Garda Revolusi Iran, Jenderal Qassem Suleimani dilaporkan telah mengerahkan pasukan.

 

Menurut mantan pejabat Kementerian Luar Negeri AS David Phillips, Gubernur Kirkuk Najmladin Karim saat ini telah bersembunyi. Ia mengaku telah berbicara dengan Karim pada Ahad (15/10) malam, saat serangan tersebut terjadi.

 

Kirkuk dikuasai oleh Kurdi pada musim panas 2014, setelah pasukan Irak melarikan diri dari perang melawan ISIS di Kota Mosul yang ada di dekatnya. Pada saat itu, pasukan Kurdi Peshmerga berhasil mengalahkan militan ISIS yang berupaya mengendalikan ladang minyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement