Jumat 27 Oct 2017 06:36 WIB

Irak Gelar Operasi Militer Rebut Perbatasan dari ISIS

Perbatasan Suriah
Foto: AP Photo
Perbatasan Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Perdana Menteri Irak Haider Al-Abadi mengumumkan pada Kamis pagi (26/10) sebuah serangan untuk merebut kembali wilayah perbatasan barat al-Qaim dan Rawa, dekat dengan perbatasan Suriah, dari kelompok ISIS, telah dilakukan.

Al-Qaim dan Rawa adalah kawasan terakhir wilayah Irak yang masih berada di tangan ISIS. Kelompok tersebut juga menguasai bagian-bagian dari sisi perbatasan Suriah namun wilayah yang berada di bawah kendalinya menyusut saat militan mundur saat menghadapi dua kekuatan lawan - sebuah koalisi yang dipimpin oleh Kurdi dan pasukan pemerintah Suriah dengan pasukan asing yang didukung oleh Iran dan Rusia.

Kekhalifahan ISIS secara efektif runtuh pada Juli, ketika pasukan Irak yang didukung Amerika Serikat menguasai Mosul, ibu kota de fakto kelompok tersebut di Irak, dalam sebuah pertempuran yang melelahkan yang berlangsung sembilan bulan.

Raqqa, kubu milisi di Suriah, jatuh ke pasukan yang didukung Amerika Serikat pekan lalu. Raqqa berhasil direbut setelah serangan berbulan-bulan oleh Pasukan Demokratis Suriah (SDF), yang didukung AS.

Personel SDF --aliansi petempur Kurdi, Arab dan Assyiria dan dipimpin oleh YPG Kurdi dan didukung oleh koalisi pimpinan AS-- telah sepenuhnya merebut Raqqa pada Selasa (17/10), setelah mengalahkan petempur yang dicap teroris di jantung kekuasaan mereka di Suriah.

Kemenangan itu menandai kekalahan besar pertama ISIS di Suriah. Dalam satu pekan belakangan, satu kesepakatan dicapai antara SDF dan IS dengan penengahan suku setempat di Raqqa bagi penyerahan diri mereka.

Sebanyak 3.500 warga sipil mengungsi dari kota itu selama satu pekan belakangan, selain 275 petempur lokal IS, sementara sebanyak 300 lagi orang asing masih berada di kota tersebut untuk menghadapi nasib suram mereka.

Pegiat suku Kurdi mengatakan petempur IS yang menyerahkan diri dibawa ke penjara di Kota Tabqa di pinggir Raqqa, sementara pegiat lain, terutama yang pro-Pemerintah Suriah, mengatakan koalisi pimpinan AS dan SDF mengizinkan mereka dipindahkan ke pinggir Provinsi Deir Az-Zour di Suriah Timur. Di sana militer Suriah bergerak maju dalam pertempuran melawan ISIS di daerah yang kaya akan minyak di dekat Irak.

Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia mengatakan sebanyak 3.250 orang, termasuk 1.130 warga sipil, telah tewas selama pertempuran empat-bulan di Raqqa. Anak-anak dan perempuan, tambah Observatorium tersebut, termasuk di antara warga sipil yang tewas, sementara sisanya korban jiwa adalah anggota IS dan petempur SDF.

ISIS mengumumkan Raqqa sebagai Ibu Kota de faktonya pada 2014, setelah secara sepihak mengumumkan kekhalifahan di Suriah. Akhirnya, ISIS telah makin terpojok, saat pasukan militer Suriah dan sekutunya merebut kembali daerah yang pernah dikuasai IS di Deir Az-Zour.

Militer Suriah sepenuhnya mengepung petempur ISIS di berbagai daerah yang mereka duduki di Kota Deir Az-Zour dan mulai menyerang semua daerah itu. Dengan goyahnya posisi ISIS di Deir Az-Zour, organisasi tersebut hanya memiliki kubu utama di Kota Bukamal di perbatasan dengan daerah yang dikuasai ISIS di Irak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement