Kamis 09 Nov 2017 14:34 WIB

Tujuan Koalisi Saudi dalam Perang Yaman Dipertanyakan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.
Foto: Reuters
Salah satu sudut kota di Yaman yang hancur akibat perang.

REPUBLIKA.CO.ID, ADEN -- Beberapa pihak mempertanyakan tujuan utama koalisi pimpinan Arab Saudi dalam perang Yaman, terutama setelah ada laporan kerajaan tersebut telah menjadikan Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi sebagai tahanan rumah di Riyadh.

Pada Selasa (7/11), kantor berita Associated Press melaporkan Riyadh telah melarang Presiden Hadi, putra, menteri, dan pejabat militernya untuk pulang ke negaranya selama berbulan-bulan. Pejabat Arab Saudi mengklaim, Hadi diminta untuk tidak melakukan perjalanan ke Yaman karena tidak aman baginya untuk kembali.

 

Namun seorang pejabat Yaman mengatakan, larangan tersebut disebabkan adanya permusuhan antara Hadi dan Uni Emirat Arab (UEA). UEA dan Arab Saudi telah memasuki perang Yaman pada 2015 sebagai bagian dari koalisi militer.

 

Kedua negara Teluk itu ingin mengembalikan pemerintahan Hadi di Yaman, setelah terjadi perang saudara antara pendukung Hadi dan pendukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Saleh telah digulingkan dalam demonstrasi rakyat pada 2011.

 

Namun beberapa pengamat menduga tujuan koalisi tersebut dalam perang ini telah bergeser. Seorang analis politik Yaman, Khaled al-Ansi, mengatakan langkah Arab Saudi untuk mencegah Hadi kembali ke Yaman menunjukkan mereka telah gagal mengalahkan Houthi.

 

"Saudi mengklaim mereka telah membebaskan Aden dan mengendalikan kota itu, serta mengatakan koalisi telah mengakhiri kudeta di sana. Namun pada saat yang sama, mereka mengaku kemajuan ini tidak akan dapat melindungi Hadi di Aden. Lalu apa artinya ini?" kata al-Ansi kepada Aljazirah.

 

Kota selatan Aden adalah basis sementara pemerintah Yaman. Kota ini telah dibanjiri dengan gelombang pemboman dan penembakan yang menargetkan pejabat dan pasukan keamanan dalam beberapa bulan terakhir.

 

Arab Saudi telah mengisyaratkan ingin keluar dari konflik Yaman. Sementara UEA justru semakin terlibat dalam konflik tersebut, yang mengindikasikan adanya perpecahan tujuan dari kedua negara itu.

 

Pada Agustus, serangkaian email yang bocor menunjukkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyatakan keinginannya untuk mengakhiri perang di Yaman. Hal itu disampaikannya dalam pembicaraan dengan mantan pejabat AS.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement