Jumat 10 Nov 2017 02:06 WIB

AS Disebut Ada di Belakang Gerakan 'Antikorupsi' di Saudi

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Elba Damhuri
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz (kiri) bersama putranya Muhammad bin Salman.
Foto: AP/Hassan Ammar
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz (kiri) bersama putranya Muhammad bin Salman.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Penangkapan para elite Arab Saudi sebagai bagian dari gerakan antikorupsi dinilai mendapat dukungan dari Amerika Serikat (AS). Menurut wartawan investigasi Pepe Escobar, penangkapan itu terjadi setelah adanya konsultasi antara Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan para investor AS serta anggota Pemerintahan Donald Trump.

Escobar berkeyakinan tindakan keras Saudi ini tidak ada hubungannya dengan korupsi. Escobar mencontohkan Putra Mahkota tahu persis apa yang dia lakukan. Ini merupakan pembersihan gaya lama atau biasa disebut sebuah malam bagi pedang  Saudi di mana dia menyingkirkan semua calon pesaing potensial yang mungkin akan melawan aturannya.

"Jangan lupa, Arab Saudi tidak memiliki pengadilan yang independen, tidak ada kebebasan berekspresi, tidak ada oposisi yang kredibel. Dan sebenarnya, Raja Salman tidak memerintah, penguasa sebenarnya adalah MBS [Mohammed bin Salman]," kata Escobar seperti dilansir RT, Kamis (9/11).

Penahanan 11 pangeran Saudi, empat menteri, dan puluhan tokoh bisnis yang mengguncang kerajaan pada hari Sabtu begitu mengejutkan media dan publik. Escobar menjelaskan sebelum dilakukan penangkapan para pangeran dan menteri, pada akhir Oktober dilaksanakan sebuah konferensi Davos di tengah padang pasir di mana Putra Mahkota baru menggariskan masa depan Saudi sampai tahun 2030, yang menyiratkan banyak investasi, terutama investor Amerika seperti Larry Fink, Stephen Schwarzman.

Tiga ribu politisi internasional dan pengusaha tiba di Riyadh untuk menghadiri konferensi "Future Investment Initiative". Putra Mahkota mengumumkan rencananya untuk menciptakan zona investasi senilai 500 miliar dolar AS. Lalu beberapa hari kemudian, Jared Kushner, menantu Trump sekaligus penasihat seniornya berada di Riyadh.

Kushner memiliki hubungan erat dengan Putra Mahkota. Usai kunjungan Kushner, keesokan harinya dilakukan penangkapan para pangeran dan menteri tersebut.

"Trump berusaha mencuci tangannya dari masalah ini," kata Escobar.

Ia mengaku mendapatkan kisah ini dari  beberapa sumber terbaiknya. Sumbernya merupakan orang-orang yang dekat dengan Trump dan telah melakukan kesepakatan bisnis dengan keluarga kerajaan Saudi yang memerintah selama beberapa dekade.

Kesepakatan antara Washington dan Riyadh melibatkan kesepakatan pribadi. Ini melibatkan kebijakan luar negeri baru yang sangat kompleks, terutama berkaitan dengan perlawanan Iran dan Lebanon.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement