Rabu 15 Nov 2017 12:53 WIB

50 Ribu Anak Yaman akan Meninggal Akhir Tahun Ini

Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.
Foto: Ali Ashwal/Save the Children
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Perang di Yaman akan menyebabkan lebih dari 50 ribu anak-anak Yaman meninggal akhir tahun ini karena penyakit dan kelaparan.

Organisasi kemanusiaan Save the Children memperkirakan sekitar 130 anak sekarat setiap hari di negara termiskin di dunia itu. Yaman dicengkeram kelaparan dan wabah kolera terbesar dalam sejarah dunia modern.

Sekitar 40 ribu anak telah meninggal tahun ini akibat malnutrisi akut. Angka itu akan menjadi 50 ribu di akhir tahun ini.

"Kematian ini tidak masuk akal karena sebenarnya bisa dicegah. Ratusan ibu berduka atas kematian anak mereka, setiap hari," ujar Direktur Save the Children Yaman Tamer Kirolos, dilansir dari Telegraph, Rabu (15/11).

Kalkulasi tersebut dibuat sebelum Arab Saudi memperketat blokade yang sebelumnya sudah parah. Saudi memberlakukan blokade di wilayah gerilyawan Yaman sebagai respons peluncuran rudal ke bandara Riyadh.

Blokade itu menutup pelabuhan Hudaidah, pintu masuk utama untuk makanan, dan bandara di ibu kota Sana'a dimana pesawat kemanusiaan mendarat untuk membagikan bantuan dan obat.

Kirolos memperingatkan jika blokade tidak segera dihentikan, lebih banyak anak akan meninggal dunia. Kelangkaan makanan di Yaman menyebabkan rumah sakit kelebihan kapasitas karena menangani anak-anak gizi buruk.

Kondisi anak-anak sangat mengenaskan. Kulit mereka hanya membalut tulang dengan tulang iga yang menonjol. Anak-anak ini sangat rentan terkena kolera dan diare.

Kepala pediatri di rumah sakit Sabeen di Sanaa, Najla al-Sonboli mengatakan kepada The Telegraph dia dan stafnya melihat wabah baru difteri, sebuah infeksi bakteri mematikan yang terbentuk di belakang tenggorokan anak.

Difteri sangat menular dan Sonboli telah mencoba menjaga anak-anak yang terinfeksi dalam isolasi. Tapi satu anak laki-laki tiba-tiba membutuhkan ventilator mekanis untuk bernapas dan satu-satunya yang bekerja berada di bangsal perawatan dimana anak-anak lain menginap.

"Kami punya pilihan: biarkan anak ini meninggal atau menempatkannya di bangsal dan berisiko menginfeksi anak-anak lain. Saya mengambil keputusan menyelamatkan anak itu, saya tidak bisa membiarkan dia mati di depan saya," katanya.

Terlepas dari usaha staf rumah sakit, anak laki-laki itu meninggal tak lama kemudian.

Pengetatan blokade Saudi pada 6 November telah menyebabkan harga pangan melonjak dan menyebabkan kekurangan bensin yang parah, sehingga lebih sulit untuk mendapatkan makanan bagi orang-orang yang kelaparan.

Banyak daerah di Yaman yang dikuasai pemberontak seluruhnya tanpa listrik karena pembangkit listrik terpaksa ditutup karena kekurangan bensin.

Sekitar 385 ribu anak-anak diperkirakan menderita gizi buruk akut di Yaman dan badan-badan bantuan percaya hanya sekitar separuh dari mereka yang menerima perawatan.

Inggris dan Amerika Serikat mendukung koalisi militer yang dipimpin Saudi karena mereka mengebom dan memblokade Yaman untuk mendukung pemerintah negara yang diakui secara internasional dan melawan pasukan pemberontak Houthi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement