Senin 20 Nov 2017 07:40 WIB

Menlu Saudi: Iran Picu Perpecahan Sektarian di Arab

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Sidang darurat Liga Arab di Kairo, Mesir.
Foto: AP
Sidang darurat Liga Arab di Kairo, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Arab Saudi dan Bahrain telah meminta negara-negara Arab untuk bersatu dalam menghadapi Iran atas perannya dalam konflik regional.  Seperti dilansir dari Aljazirah, Senin (20/11), berbicara di sebuah sidang darurat Liga Arab di Kairo pada Ahad, menteri luar negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan Iran memiliki tujuan untuk mengacaukan dan memicu perpecahan sektarian di wilayah Arab dan mendorong perselisihan antara pemimpin dan rakyatnya .

"Tanggapan ini mencerminkan situasi yang dihadapi negara kita akibat pelanggaran rudal balistik Iran dan campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara Arab," kata al-Jubeir.

KTT khusus di ibu kota Mesir diminta oleh Arab Saudi untuk membahas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Iran di wilayah Arab. Pertemuan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di dunia Arab menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri yang mengatakan adanya intervensi Iran di Lebanon melalui Hizbullah.

Menteri luar negeri Bahrain, Khalid bin Ahmed Al Khalifa mengatakan negaranya telah menderita akibat Iran. "Iran memiliki senjata di wilayah tersebut, yang terbesar adalah Hizbullah. Iran mengancam keamanan negara-negara Arab," katanya.

Bahrain telah dilanda sejumlah insiden kekerasan sejak 2011 ketika puluhan ribu  mayoritas Muslim Syiah menuntut reformasi dan hak yang lebih besar dari kerajaan minoritas Sunni.

Bahrain menghalangi protes tersebut dengan bantuan sekutu Arab yang curiga terhadap Iran dan menentang pengaruh Syiah berkembang di seluruh wilayah tersebut.

Dalam pernyataan akhir, menteri luar negeri Arab menyebut Hizbullah sebagai organisasi teroris. Sekretaris Jenderal Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan sebuah rudal yang baru-baru ini diluncurkan oleh pemberontak Houthi dari Yaman menuju ibukota Saudi, Riyadh, adalah buatan Iran.

Houthi berulang kali membantah menerima bantuan dari Teheran dalam perang Yaman. Mereka mengklaim rudal 2-H Burkan diproduksi di Yaman dari senjata modifikasi.

Menteri luar negeri Iran, Javad Zarif, mengatakan di Twitter, dia telah mengajukan sebuah surat kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memecahkan situasi tragis di Yaman. Meskipun telah berperang selama lebih dari dua tahun, koalisi sejauh ini gagal mencapai tujuannya karena pemberontak Houthi terus memegang ibukota, Sanaa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement