Rabu 13 Dec 2017 13:23 WIB

AS: Klaim Kemenangan Rusia di Suriah Terlalu Dini

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Rusia di Suriah
Foto: zerohedge.com
Pasukan Rusia di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menyuarakan skeptisisme terhadap pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan menarik tentaranya dari Suriah. Menurut AS, deklarasi kemenangan Rusia di Suriah masih terlalu dini.

Dalam kunjungan mendadak ke pangkalan udara Hmeymim di Suriah pada Senin (11/12), Putin menyatakan pekerjaan pasukan Rusia telah selesai dalam mendukung pemerintah Suriah untuk melawan militan dalam perang. Hal ini dilakukan setelah kekalahan organisasi teror terkuat di dunia, yaitu ISIS.

 

Namun AS meragukan klaim Rusia dan Suriah yang menyatakan Suriah siap menghadapi perdamaian begitu kantong terakhir ISIS berhasil dikuasai kembali. Menurut AS, pasukan pemerintah Suriah terlalu sedikit, terlalu miskin, dan terlalu lemah untuk mengamankan negara tersebut.

 

ISIS dan militan lainnya di Suriah, memiliki banyak kesempatan untuk berkumpul kembali, terutama jika isu politik yang mendorong konflik masih belum bisa terselesaikan. "Kami pikir deklarasi Rusia atas kekalahan ISIS terlalu dini," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

 

"Kami telah berulang kali melihat dalam sejarah, deklarasi kemenangan dini akan diikuti oleh kegagalan mengkonsolidasikan keuntungan militer, menstabilkan situasi, dan menciptakan kondisi yang mencegah teroris untuk kembali," tambah dia.

 

Militer AS di Suriah telah lama skeptis terhadap penarikan pasukan Rusia ke Moskow. Mayor Marinir Adrian Rankine-Galloway, seorang juru bicara Pentagon, mengatakan AS tidak melihat adanya penarikan pasukan yang signifikan sejak pengumuman Putin.

 

"Tidak ada penarikan yang berarti dalam pasukan tempur setelah Rusia merencanakan keberangkatan dari Suriah," ungkapnya.

 

Lembaga Studi Studi yang berbasis di Washington mengatakan pengumuman Moskow tentang penarikan pasukan menyebabkan kalibrasi ulang pasukan Rusia. "Rusia sebelumnya telah menggunakan klaim penarikan sebagian untuk memasukkan kembali sistem senjata alternatif yang lebih sesuai untuk tahap berikutnya dari operasi pro-rezim," tulis lembaga itu dalam sebuah penelitian, pada Selasa (12/12).

 

Militer AS masih memiliki sekitar 2.000 tentara di Suriah dan telah mengumumkan penarikan apapun akan sesuai kondisi. AS beralasan, kehadiran jangka panjang pasukan Amerika akan dibutuhkan untuk memastikan kekalahan ISIS.

 

Pengumuman Rusia, menunjukkan seolah kekuatan asing tidak diperlukan lagi di Suriah. Setelah mengubah arus konflik dengan mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad, Putin sekarang mengupayakan kesepakatan perdamaian.

 

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menekankan pentingnya peta jalan untuk perdamaian, termasuk pemilihan umum yang memungkinkan pemungutan suara dilakukan oleh orang-orang Suriah di luar negeri yang melarikan diri dari konflik. "Dan kepercayaan kami melalui proses itu, rezim Assad tidak akan lagi menjadi bagian dari kepemimpinan tersebut," kata Tillerson.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement