Ahad 31 Dec 2017 11:11 WIB

Telegram Tangguhkan Akun yang Tampilkan Kekerasan Demo Iran

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Budi Raharjo
Polisi anti huru-hara Iran siaga membubarkan demonstrasi warga Teheran yang memprotes kenaikan harga-harga. (ilustrasi)
Foto: AFP
Polisi anti huru-hara Iran siaga membubarkan demonstrasi warga Teheran yang memprotes kenaikan harga-harga. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,TEHERAN -- Iran saat ini sedang dilanda demonstrasi di berbagai wilayah. Demo tersebut memprotes kepemimpinan konservatif, korupsi, dan meningkatnya biaya hidup. Telegram dinilai berada di antara konflik tersebut.

Dilansir dari Engadget, aplikasi tersebut telah menangguhkan akun Amadnews. Ini setelah akun tersebut mendorong pengikutnya untuk melemparkan bom molotov kepada polisi dan melanggar aturan Telegram agar tidak melakukan kekerasan.

Langkah pengangguhan tersebut dilakukan setelah Menteri Telekomunikasi Iran Mohammad-Javad Azari Jahromi memberikan pengaduannya kepada pendiri Telegram, Pavel Durov. iran meminta Telegram untuk memblokir akun yang mempromosikan kekerasan seperti yang sudah tertulis itu.

Hingga saat ini belum ada kepastian kapan akun tersebut bisa digunakan kembali. Insiden tersebut menyoroti jalur yang harus dilewati oleh Telegram. Aplikasi tersebut tidak ingin dipandang mendukung pemerintahan yang menindas terutama yang ingin memata-matai penggunanya namun juga harus mempertahankan kebijakan anti-kekerasan secara konsisten.

Jika aplikasi tersebut ingin melarang ISIS maka aplikasi Telegram juga harus melarang aktivis yang secara eksplisit digunakan untuk menyakiti orang lain bahkan jika pada akhirnya membantu pemerintah menghentikan gerakan perlawanan. Durov dengan cepat menyatakan keberatan atas keluhan dari Edward Snowden dan lainnya yang menyatakan dirinya memfasilitasi tindakan keras yang terjadi di Iran dan mencatat bahwa ribuan akun oposisi Iran berkembang di Telegram.

Pada saat yang bersamaan hal ini menimbulkan pertanyaan kapan kekerasan menjadi sebuah isu. Adalah hal yang berbeda untuk mendorong serangan bom molotov tidak beralasan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement