Sabtu 03 Feb 2018 15:26 WIB

PBB: Koalisi Pimpinan Saudi Bunuh 68 Anak di Yaman

Koalisi Saudi membunuh 68 anak dan melukai 36 lainnya dari Juli hingga September 2017

Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.
Foto: Yahya Arhab/EPA
Seorang anak Yaman yang terkena wabah kolera dirawat di sumah sakit setempat di Sana'a, Yaman. Menurut laporan PBB tiga juta balita Yaman terancam malnutrisi akibat konflik berkepanjangan antara dua pihak yang masing-masing didukung Arab Saudi dan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontak Houthi di Yaman bertanggung jawab atas kematian puluhan anak-anak.

Dilansir Aljazirah, Sabtu (3/2), menurut kutipan dari laporan rahasia Kantor PBB untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata, yang dikirim ke Dewan Keamanan PBB pada 19 Januari lalu, koalisi pimpinan Saudi membunuh 68 anak dan melukai 36 lainnya dari Juli hingga September 2017.

Laporan tersebut menemukan setidaknya ada 20 serangan koalisi setiap hari. Beberapa diantaranya menargetkan sekolah dan rumah.

Arab Saudi, bersama dengan beberapa negara Arab lainnya, meluncurkan sebuah kampanye militer pada 2015 yang bertujuan untuk melawan pemberontak Houthi setelah mereka menguasai sebagian besar negara tersebut, termasuk ibukota, Sanaa, pada 2014.

Intervensi yang dipimpin oleh Saudi pada awalnya terdiri dari sebuah kampanye pengeboman dan kemudian menjadi sebuah blokade angkatan laut dan penempatan pasukan darat ke Yaman.

Koalisi tersebut mengatakan pihaknya menyerang posisi pemberontak Houthi sebagai tanggapan atas permintaan dari pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Selain koalisi tersebut, laporan PBB juga menyalahkan Houthi atas kematian 18 anak sejak tahun lalu. Menurut laporan tersebut sebanyak 29 anak lainnya cedera dalam serangan oleh Huthi pada periode yang sama.

Laporan tersebut juga mencatat bahwa perekrutan anak-anak untuk berperang telah meningkat, terutama oleh Houthi dan Tentara Nasional Yaman. PBB menggambarkan situasi di Yaman sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan konflik yang sedang berlangsung membuat situasi semakin memburuk.

Juru bicara badan pengungsi PBB, UNHCR,Shabia Mantoo mengatakan ribuan orang di Yaman sangat membutuhkan bantuan.

"Ini tidak hanya mempengaruhi anak-anak, ini mempengaruhi semua orang, ini mempengaruhi 75 persen populasi, jadi kekhawatiran kita adalah selama konflik ini berlanjut, kita akan melihat lebih banyak korban. Kita juga akan melihat Kebutuhan kemanusiaan juga meningkat," katanya.

Menurut badan bantuan anak-anak PBB, UNICEF, lebih dari 5.000 anak-anak terbunuh atau terluka dalam perang - rata-rata lima anak setiap hari - sejak konflik meningkat pada Maret 2015.

UNICEF juga mengatakan lebih dari 11 juta anak-anak membutuhkan bantuan kemanusiaan dan hampir dua juta anak-anak menderita kekurangan gizi akut. Selain wabah kolera , Yaman juga telah dilanda wabah difteri dalam beberapa bulan terakhir.

Juru Bicara Norwegian Refugee Council (NRC) di Yaman, Suze van Meegen mengatakan sudah saatnya masyarakat internasional peduli dengan situasi kemanusiaan di Yaman.

"Sungguh mengherankan bagi saya bahwa kita memiliki Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang belum berkomentar mengenai Yaman, sekarang lebih dari tujuh bulan. Skala penderitaan di Yaman tidak ada bandingannya, kita memiliki 22 juta orang yang membutuhkan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement