Selasa 20 Feb 2018 07:30 WIB

Serangan Rezim Suriah Tewaskan 94 Orang di Ghouta Timur

Serangan rezim Suriah dilakukan dalam 24 jam terakhir.

Rep: Marniati/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Serangan oleh Pemerintah Suriah dan sekutu-sekutunya menewaskan 94 orang di kantong oposisi di Ghouta timur dalam waktu 24 jam.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan, serangan udara, tembakan roket dan gempuran di daerah pinggiran Damaskus juga melukai 325 lainnya. Observatorium yang berbasis di Inggris ini menyebutkan eskalasi terbaru dimulai pada Ahad dan korban tewas termasuk 18 anak-anak.

Tidak ada komentar langsung dari militer Suriah. Pemerintah Damaskus mengatakan, pihaknya hanya menargetkan militan. Media pemerintah Suriah SANA melaporkan faksi di Ghouta menembakkan mortir ke distrik Damaskus, menewaskan seorang anak dan melukai delapan lainnya.

Pasukan pemerintah dan sekutu menyerang sasaran militan di lokasi tersebut untuk melakukan serangan balasan. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan hampir 400 ribu orang tinggal di Ghouta timur, sebuah kantong kota satelit dan peternakan di bawah pengepungan pemerintah sejak 2013.

Baca juga,  AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.

 

Koordinator regional PBB untuk krisis Suriah Panos Moumtzis, mengatakan eskalasi ekstrem dalam permusuhan telah menewaskan setidaknya 40 warga sipil dan melukai lebih dari 150 orang pada Senin.

"Situasi kemanusiaan warga sipil di Ghouta Timur tidak terkendali. Banyak warga memiliki sedikit pilihan selain berlindung di ruang bawah tanah dan bunker bawah tanah bersama anak-anak mereka," katanya dalam sebuah pernyataan.

PBB menyebutkan pekan lalu bahwa saat ini konflik di Suriah masuk dalam pertempuran terburuk dalam perang yang memasuki tahun kedelapan. Konflik multi-sisi telah membunuh ratusan ribu orang dan mengusir jutaan orang dari rumah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement