Rabu 21 Feb 2018 15:58 WIB

PBB Desak Evakuasi Warga di Ghouta Timur

Warga hidup dalam kondisi ekstrem dan banyak yang mengalami malnutrisi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).
Foto: Syrian Civil Defense White Helmets via AP
Warga terluka dan terjebak dalam reruntuhan bangunan akibat serangan udara pasukan pemerintah Suriah di Ghouta, pinggiran Damaskus, Suriah, Selasa (20/2).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengaku khawatir dengan kondisi warga Suriah di Ghouta timur menyusul serangan udara yang dilakukan militer Presiden Bashar al-Assad. Ini menyusul jumlah korban dari serangan tersebut yang mencapai lebih dari 100 orang.

"Sekretaris Jenderal PBB sangat menyadari akan peningkatan situasi di Ghouta Timur dan dampak mematikannya terhadap warga sipil," kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric seperti dilporkan Anadolu Agency, Rabu (21/2).

Dujarric mengatakan, warga saat ini hidup dalam kondisi ekstrem dan banyak yang mengalami malnutrisi akibat serangan tersebut. Ghouta merupakan wilayah yang telah dikepung oleh militer Suriah sejak 2013.

PBB meminta diadakannya gencatan senjata agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke kawasan tersebut. Gencatan senjata tersebut juga dibutuhkan untuk mengevakuasi warga sipil yang terpapar penyakit dan terkena luka-luka akibat perang.

"Sekretaris Jendral mendesak semua pihak terlibat untuk menaati prinsip hukum kemanusiaan internasional, termasuk masuknya akses kemanusiaan, evakuasi medis tanpa syarat, dan perlindungan warga serta infrastruktur sipil," katanya.

Serangan udara dan pengeboman di Ghouta Timur dilakukan oleh militer Suriah terhadap kubu gerilyawan. Langkah itu menjadi awal dari serangan militer berskala besar terhadap berbagai kelompok gerilyawan di Ghouta timur, sisa ancaman terakhir buat Ibu Kota Suriah.

Berdasarkan data PBB, sekitar lebih 100 orang termasuk 13 anak-anak terbunuh dalam serangan tersebut. Operasi militer juga menghancurkan lima rumah sakit atau fasilitas medis lainnya di kawasan tersebut. Lebih dari 700 warga membutuhkan evakuasi segara dengan alasan medis.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement