Kamis 22 Feb 2018 15:52 WIB

Kontingen Kedua Pasukan Pro-pemerintah Suriah Masuki Afrin

Kelompok kedua tiba di Afrin 24 jam setelah kontingen pertama.

Pasukan Turki dan milisi Suriah pro-Turki mencoba mengambil alih bukit Bursayah yang memisahkan Afrin yang dikuasai Kurdi dengan Kota Azaz, Suriah yang dikuasai Turki, 28 Januari 2018. Hampir sebulan operasi militer Turki berlangsung di Afrin.
Foto: AP Photo
Pasukan Turki dan milisi Suriah pro-Turki mencoba mengambil alih bukit Bursayah yang memisahkan Afrin yang dikuasai Kurdi dengan Kota Azaz, Suriah yang dikuasai Turki, 28 Januari 2018. Hampir sebulan operasi militer Turki berlangsung di Afrin.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kontingen kedua pasukan pro-Pemerintah Suriah memasuki Afrin, yang dikuasai Suku Kurdi, Rabu (21/2), untuk ikut dalam menghadapi aksi militer pimpinan Turki di daerah kantung tersebut, kata kantor berita resmi Suriah SANA.

Kelompok kedua itu sampai di Afrin, 24 jam setelah kontingen pertama memasuki Afrin, dan menempati beberapa wilayah dan di pusat permukiman untuk membantu mendukung warga mempertahankan rumah serta desa mereka dari serangan pimpinan Turki.

Sehari sebelumnya, pengeboman Turki ditujukan ke daerah di dekat tempat pertemuan petempur pro-pemerintah di pintu masuk Afrin, yang belakangan ternyata adalah tembakan peringatan untuk mencegah petempur tersebut memasuki Afrin.

Afrin di Provinsi Aleppo telah digempur selama satu bulan oleh pasukan Turki, yang --bersama gerilyawan Suriah yang bersekutu-- memulai serangan berskala besar pada 20 Januari untuk mengalahkan petempur Satuan Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) di sana.

YPG mengatakan di dalam satu pernyataan mereka menyambut baik kedatangan pasukan pro-pemerintah. Milisi YPG dipandang oleh Ankara sebagai afiliasi Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Suriah. PKK telah dilarang dan dimasukkan ke dalam daftar organisasi teroris oleh Turki.

Namun, Amerika Serikat, sekutu Turki di NATO, telah mendukung YPG untuk memerangi petempur ISIS di Suriah. Pada Senin, Turki memperingatkan Pemerintah Suriah agar tidak mengirim tentara ke Afrin untuk mendukung milisi YPG. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan dua percakapan telepon terpisah dengan timpalanya dari Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Hassan Rouhani guna memperingatkan agar tindakan semacam itu tidak dilakukan.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavarov pada Senin menyerukan perundingan langsung antara Damaskus dan Ankara guna menyelesaikan krisis Afrin. Sementara itu Washington, meskipun menyatakan AS mendukung hak Turki untuk mempertahan diri, telah menyeru Ankara agar memperlihatkan penahanan diri.

Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (20/2) menyatakan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Erdogan sepakat untuk mengadakan pertemuan lebih lanjut dan membentuk kelompok kerja guna meredakan ketegangan di Afrin. YPG telah menguasai Afrin sejak 2012, setelah pasukan Pemerintah Suriah menarik diri dari daerah tersebut yang kebanyakan warganya Suku Kurdi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement