Rabu 28 Feb 2018 14:00 WIB

Surat Terbuka Internasional Minta Genosida Suriah Berakhir

Surat ditujukan kepada Suriah, Rusia, AS dan Turki.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).
Foto: Mohammed Badra/EPA-EFE
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Lebih dari 200 seniman, aktivis, penulis, dan pemusik internasional telah menandatangani sebuah surat terbuka yang menyerukan agar aksi genosida di Suriah segera dihentikan. Surat terbuka ini utamanya ditujukan kepada aktor-aktor utama dalam konflik, yaitu Suriah, Rusia, AS dan Turki.

"PBB mengatakan mereka telah kehabisan kata-kata dalam menghadapi konflik Suriah, tapi kami, yang bertandatangan di bawah ini, masih memiliki seruan untuk pemerintah, anggota parlemen, pemilih, dan pengambil keputusan di dunia," ujar surat tersebut, yang diterbitkan di New York Review of Books, Selasa (27/2).

Penandatanganan itu meminta negara-negara anggota PBB menegakkan 'Responsibility to Protect' atau R2P di bawah Badan PBB untuk Pencegahan Genosida. R2P menyerukan PBB mengambil tindakan diplomatik, kemanusiaan, dan perdamaian yang sesuai, untuk membantu melindungi masyarakat dari genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis, dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Langkah tersebut didukung semua negara anggota PBB pada 2005. "Penghancuran Suriah dapat dicegah, dan sekarang hanya bisa diakhiri oleh anggota PBB jika mereka memenuhi kewajiban di bawah R2P," kata surat tersebut, dikutip Aljazirah.

Militer Suriah, yang mendapat dukungan dari pesawat tempur Rusia, saat ini sedang menyerang Kota Ghouta timur di pinggiran ibu kota Damaskus yang terkepung. PBB telah menyerukan untuk segera mengakhiri kampanye militer mereka dan Sekjen Antonio Guterres menyebutnya sebagai neraka di bumi.

Ghouta Timur adalah benteng pemberontak terakhir yang telah dikepung sejak 2013. Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyerukan sebuah gencatan senjata kemanusiaan di daerah tersebut selama lima jam pada Selasa (27/2), meskipun gencatan senjata itu telah dilanggar kurang dari dua jam setelah dimulai.

Serangan juga dilakukan Turki di Afrin, sebelah utara Suriah, untuk memerangi pemberontak Kurdi. Wilayah ini berhasil direbut militan Kurdi dalam operasi militer melawan ISIS tahun lalu.

Selain itu, angkatan udara Suriah juga tengah membombardir Idlib, sebuah provinsi di barat laut Suriah. Puluhan warga sipil tewas dalam serangan udara di sana baru-baru ini.

"Hari ini, saat Idlib dan Afrin membara, hal yang tak terelakkan terjadi di Ghouta, kamp konsentrasi besar yang terbuka yang memasuki tahun kelima di bawah pengepungan. Apa yang akan terjadi selanjutnya sudah dapat diprediksi," kata surat terbuka tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement