Jumat 02 Mar 2018 07:29 WIB

PBB: Kebijakan Rusia Sulitkan Bantuan Kemanusiaan ke Ghouta

PBB meminta penghentian pertempuran di Ghouta timur selama lima jam diperpanjang.

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).
Foto: Mohammed Badra/EPA-EFE
Beberapa bayi memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Desa Shifunieh, Ghouta Timur, Suriah, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan rencana Rusia untuk menghentikan pertempuran di Ghouta timur Suriah selama lima jam perlu diperpanjang. Perpanjangan ini diperlukan agar pengiriman bantuan masuk untuk warga sipil dan evakuasi kasus medis memungkin segera dilakukan.

"Anda gagal membantu kami dalam menolong warga sipil di Suriah.Ghouta Timur tidak menghormati hukum internasional," ujar Penasihat Kemanusiaan PBB Jan Egeland kepada diplomat dari 23 negara bagian yang menghadiri sebuah pertemuan mingguan di Jenewa, Kamis (1/3).

Egeland mengatakan sebuah koridor bantuan kemanusiaan membutuhkan komitmen dua arah karena beberapa konvoi memasuki Ghouta timur setiap pekan. PBB mencatat 1.000 kasus medis menjadi prioritas evakuasi untuk perawatan.

Menurutnya, PBB tidak terlibat dalam perundingan yang menyebabkan deklarasi jeda lima jam karena waktu tersebut tidak cukup untuk bantuan kemanusiaan. "Saya harus mengatakan bahwa saya tidak tahu ada pihak yang mengira lima jam sudah cukup bagi kita untuk bisa mendistribusikan bantuan ke Ghouta timur dan untuk mengatur evakuasi medis secara teratur," katanya mengenai deklarasi sepihak Rusia tersebut.

Selama pertemuan kelompok tugas kemanusiaan di Jenewa tersebut, PBB mendapat pemberitahuan bahwa mereka mendapat izin dari Damaskus untuk pergi ke Douma di Ghouta timur. "Kami memiliki 43 truk yang harus pergi ke sana dan segera setelah kami mendapatkan izin," kata Egeland.

Utusan Suriah untuk PBB Staffan de Mistura mengatakan PBB tidak akan menyerah untuk gencatan senjata 30 hari penuh, sebagaimana diamanatkan oleh Dewan Keamanan PBB Sabtu lalu.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Organisasi Perawatan Kesehatan dan Bantuan (UOSSM) yang bekerja di Suriah, Ghanem Tayara mengatakan sekitar 1.123 pasien memerlukan evakuasi dari Ghouta timur, di mana dua rumah sakit telah dibom sejak resolusi gencatan senjata. "Itu berarti orang-orang ini akan meninggal dalam beberapa hari ke depan jika kita tidak mengeluarkan mereka, mereka membutuhkan unit perawatan intensif," katanya.

Rusia, sekutu kuat Presiden Suriah Bashar al-Assad, telah meminta gratifikasi lokal lima jam sehari untuk menetapkan apa yang mereka sebut sebagai koridor kemanusiaan sehingga bantuan dapat masuk ke dalam wilayah kantong dan warga sipil dan yang terluka dapat meninggalkan wilayah tersebut untuk memperoleh bantuan medis. Tapi gencatan senjata pertama pada Selasa gagal saat pemboman dan penembakan dilanjutkan setelah jeda sebentar.

Moskow, mengatakan bahwa kelompok pemberontak yang berbasis di Ghouta timur adalah teroris dan tidak dilindungi oleh resolusi PBB. Kelompok pemberontak mengatakan mereka akan menerima gencatan senjata penuh dan menolak mencegah warga sipil meninggalkan daerah tersebut. Mereka mengatakan orang-orang takut ditangkap meskipun ada janji Rusia bahwa siapa pun yang menyerah kepada pemerintah Suriah akan aman.

Sekutu utama Assad lainnya, Iran, mengatakan akan terus mendukung upaya perangnya. Teheran telah menempatkan aliansi milisi Syiah di Suriah sejak awal konflik. "Musuh tidak bisa berbuat apa-apa jika kita memenuhi tugas kita. Iran akan terus mendukung pemerintah Suriah," ujarPemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei seperti dikutip oleh televisi pemerintah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement