Senin 05 Mar 2018 09:31 WIB

Macron Desak Rouhani Tekan Suriah Hentikan Perang Ghouta

Prancis berharap sumbangan konstruktif dari Iran menurunkan ketegangan di Timteng.

Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Foto: AP Photo/Thibault Camus
Presiden Prancis Emmanuel Macron.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Ahad (4/3) mendesak Iran menekan Pemerintah Suriah agar menghentikan aksi militer di daerah kantung yang dikuasai gerilyawan, Ghouta Timur.

Macron mengeluarkan pernyataannya selama percakapan telepon dengan timpalannya dari Iran Hassan Rouhani, demikian antara lain isi pernyataan yang disiarkan oleh kantor presiden Prancis. Macron mengatakan Prancis mengharapkan sumbangan konstruktif dari Iran guna menurunkan ketegangan regional di Timur Tengah.

Pada Ahad, pasukan militer Suriah menyerang daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggir Damaskus, Ghouta Timur. Operasi militer Pemerintah Suriah di Ghouta Timur itu dilancarkan sebagai reaksi atas tembakan penembak gelap dan serangan mortir gerilyawan terhadap daerah sipil di Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan pinggirannya.

Pernyataan itu juga mengatakan persiapan sedang dilakukan bagi pengiriman bantuan makanan buat warga sipil di Ghouta Timur. Stasiun televisi nasional Suriah pada Ahad mengatakan gerilyawan di daerah Ghouta Timur mulai jatuh. Pada Jumat (2/3) pasukan militer Suriah menjatuhkan selebaran di Ghouta Timur untuk mendesak warga sipil agar pergi dan gerilyawan bersenjata agar meletakkan senjata mereka.

photo
Kelompok Syrian Civil Defense menolong seorang warga yang terluka setelah serangan udara terjadi di Ghouta, Damaskus, Suriah, Kamis (1/3).

Menurut rekaman yang disiarkan oleh militer Suriah, pesawat militer menjatuhkan brosur di daerah kantung Ghouta Timur di pinggir timur Damaskus. Sebagian selebaran tersebut meliputi peta kecil yang memperlihatkan jalan ke luar yang aman dari Ghouta Timur dengan instruksi mengenai cara warga pergi, sementara mendesak gerilyawan senjata meletakkan senjata untuk mendapatkan pengampunan buat mereka yang menyerahkan diri.

Semua itu dilakukan saat jeda kemanusiaan yang didukung Rusia di Ghouta Timur berlanjut pada hari keempat tanpa mencapai sasaran yang dimaksudkan, yaitu pengungsian warga sipil dari wilayah tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement