Senin 05 Mar 2018 19:14 WIB

Iran Diminta Tekan Presiden Suriah Hentikan Serangan

Presiden Prancis menelepon Presiden Iran agar menekan Presiden Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.
Foto: Failaq al-Rahman, via AP
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan pembicaraan via telepon dengan Presiden Iran Hassan Rouhani pada Ahad (4/3). Pada kesempatan itu, Macron meminta Rouhani menekan Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghentikan serangan serampangan ke Ghouta Timur.

Macron mendesak Rouhani memberi tekanan yang diperlukan kepada rezim Suriah untuk mengakhiri serangan tanpa pandang bulu terhadap penduduk Ghouta Timur yang terkepung guna memungkinkan akses kemanusiaan serta mengevakuasi kasus medis kritis, kata kantor kepresidenan Prancis dalam sebuah pernyataan.

Dalam percakapan tersebut, Macron menggarisbawahi tanggung jawab khusus yang ada pada Iran berkaitan dengan rezim Assad. Hal itu terutama terkait pelaksanaan gencatan senjata kemanusiaan yang diputuskan oleh Resolusi 2401 Dewan Keamanan PBB.

Kantor kepresidenan Prancis menambahkan kedua presiden telah sepakat bekerja sama dalam beberapa hari mendatang dengan PBB, rezim Assad, dan negara-negara utama yang terlibat di Suriah untuk memberikan bantuan yang diperlukan kepada warga sipil serta pelaksanaan gencatan senjata.

Selama dua pekan terakhir, pasukan Suriah dan Rusia membombardir Ghouta Timur dengan serangan udara. Tak hanya meluluhlantakkan bangunan, serangkaian serangan itu pun telah menyebabkan jatuhnya korban sipil. Sekitar 700 orang dilaporkan telah tewas akibat serangan pasukan Suriah dan Rusia.

Kondisi tersebut memicu kritik dan desakan dunia internasional. Mereka meminta Suriah dan Rusia menghentikan serangan serta memberikan akses penyaluran bantuan kemanusiaan ke Ghouta Timur.

Presiden Rusia Vladimir Putin merespons permintaan dan desakan tersebut dengan memerintahkan dilakukannya gencatan senjata selama lima jam, dimulai sejak pukul 09.00 pagi. Putin mengatakan, selain untuk memberi akses bantuan kemanusiaan, gencatan senjata ini juga dapat dimanfaatkan penduduk sipil meninggalkan daerah yang dikepung tersebut.

Namun gencatan senjata yang hanya berlangsung selama lima jam sehari dikritik berbagai organisasi kemanusiaan internasional. Menurut mereka, waktu tersebut tak akan cukup untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Baca juga: Inggris dan AS Desak Rusia Hentikan Kekerasan di Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement