Selasa 06 Mar 2018 18:30 WIB

Bantuan Kemanusiaan ke Ghouta Timur Belum Bisa Optimal.

Situasi keamanan yang memburuk jadi penyebab tersendatnya bantuan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Konvoi 46 truk bantuan kemanusiaan dikirim ke kota Douma di Ghouta Timur, Senin (5/3).
Foto: Syrian Red Crescent via AP
Konvoi 46 truk bantuan kemanusiaan dikirim ke kota Douma di Ghouta Timur, Senin (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Komite Internasional untuk Palang Merah (ICRC) mengatakan bantuan kemanusiaan yang berhasil dikirim ke Ghouta Timur, Suriah, belum optimal. Hal ini karena konvoi yang mengangkut pelbagai kebutuhan untuk warga Ghouta Timur terpaksa pergi sebelum seluruh muatan dibongkar. Situasi keamanan yang memburuk merupakan penyebab terjadinya hal ini.

"Sebagian besar bantuan dari sebuah konvoi 46 truk dikirim ke kota Douma di Ghouta Timur, namun misinya terputus sebelum persediaan lainnya dapat dibongkar," ungkap juru bicara ICRC di Suriah Ingy Sedky.

Hal ini pun dikonfirmasi oleh Iyad Abdelaziz, seorang anggota Dewan Lokal Douma. Ia mengungkapkan sembilan truk bantuan terpaksa meninggalkan daerah tersebut setelah serangan pemerintah, termasuk di dalamnya serangan udara, meningkat pada malam hari.

Konvoi bantuan kemanusiaan berhasil mencapai Douma pada Senin (5/3). Namun konvoi tersebut hanya membawa sebagian kecil bantuan yang dibutuhkan sekitar 400 ribu orang yang terperangkap di sana. Kantor kemanusiaan PBB mengatakan konvoi yang berhasil tiba di Douma hanya membawa persediaan makanan untuk 27.500 orang.

Hal tersebut diperparah dengan aksi geledah yang dilakukan pemerintah Suriah. Pasukan pemerintah dilaporkan menyita sekitar 70 persen persediaan kesehatan, termasuk alat trauma dan bedah serta insulin di konvoi yang ingin memasuki Ghouta Timur. Setelah peralatan dan perlengkapan kesehatan tersebut diambil, konvoi baru diizinkan melintas.

Pemerintah Suriah memang kerap menyita pasokan medis yang dibutuhkan oleh warga sipil Suriah. Hal itu terutama bila bantuan medis tersebut hendak didistribusikan ke wilayah yang masih dihuni kelompok pemberontak dan oposisi. PBB telah mengeluhkan tindakan ini selama bertahun-tahun karena mengakibatkan semakin banyaknya jatuhnya korban tewas di kalangan sipil.

Selama dua pekan terakhir, pasukan Suriah dan Rusia membombardir Ghouta Timur dengan serangan udara. Tak hanya meluluhlantakkan bangunan, serangkaian serangan itupun menyebabkan jatuhnya korban sipil. Sedikitnya 700 orang dilaporkan telah tewas akibat serangan pasukan Suriah dan Rusia.

Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan ia akan menghormati gencatan senjata yang kini mulai diterapkan di Ghouta Timur guna mendukung proses penyaluran bantuan kemanusiaan. Namun ia menegaskan serangan dan invasi ke Ghouta Timur akan terus berlanjut hingga daerah tersebut terbebas dari kontrol kelompok pemberontak.

Baca juga: Rusia Tawarkan Jalan Keluar Aman Bagi Militan di Suriah

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement