Kamis 08 Mar 2018 17:22 WIB

Serangan Meningkat, Bantuan untuk Ghouta Timur Ditunda

Serangan pemerintah Suriah yang didukung oleh Rusia menciptakan sebuah malapetaka.

Rep: Marniati/ Red: Budi Raharjo
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di  Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, Ahad (25/2).
Foto: Bassam Khabieh/Reuters
Seorang anak dan pria memperoleh penanganan medis setelah terpapar gas beracun di Douma, Ghouta Timur, Damascus, Syria, Ahad (25/2).

REPUBLIKA.CO.ID,DAMASKUS -- Organisasi Palang Merah mengatakan pengiriman bantuan ke Ghouta timur yang dikuasai oposisi Suriah ditunda. Penyebabnya, pasukan pemerintah Suriah meningkatkan serangan terhadap daerah kantong tersebut.

Dilansir Aljazirah, Kamis (8/3), sebuah konvoi bantuan dijadwalkan tiba di Ghouta pada Kamis. Konvoi bantuan ini membawa persediaan medis yang gagal dikirim awal pekan ini.

Dalam upaya untuk meringankan krisis kemanusiaan yang mengerikan di Ghouta Timur, sebuah konvoi 46 truk berhasil memasuki daerah kantong itu untuk pertama kalinya pada Senin. Namun, pihak berwenang Suriah mencegah setidaknya 14 truk yang berisikan peralatan bedah dan obat-obatan.

Pada Rabu, anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa meminta segera pelaksanaan resolusi yang telah disahkan pada 24 Februari, yang menuntut gencatan senjata 30 hari di Suriah.

Duta Besar Belanda untuk PBB, Karel van Oosterom, mengatakan anggota dewan menyatakan keprihatinan mengenai situasi kemanusiaan, dan mengulangi seruan untuk pelaksanaan resolusi 2401 dalam sebuah pertemuan tertutup.

Kepala hak asasi manusia PBB Zeid Raad al-Hussein mengatakan serangan pemerintah, yang didukung oleh Rusia, menciptakan sebuah malapetaka. Sejak 18 Februari, pesawat tempur pemerintah yang didukung Rusia mengintensifkan pemboman mereka terhadap Ghouta Timur.

Pemerintah telah memerangi kelompok oposisi bersenjata di pinggiran Damaskus dari berbagai medan. Pemerintah juga mengirim bala bantuan untuk bergabung dalam pertempuran tersebut.

Seorang komandan militer pro-pemerintah mengatakan pada Kamis bahwa tentara berhasil membagi daerah kantong menjadi dua. Namun, juru bicara salah satu kelompok oposisi di daerah kantong tersebut menolak klaim pasukan pemerintah ini.

Sebuah kelompok bersenjata utama yang terkait dengan Free Syria Army di Ghouta Timur, Wael Olwan mengatakan, pasukan Assad hanya mencapai sekitar 30 persen dari wilayah di sana. "Pasukan Assad maju ke dekat kota Beit Siwa, sementara pemberontak telah mengambil posisi baru di Al Muhammadiyah," katanya.

Menurut Juru bicara Pertahanan Sipil Suriah, yang juga dikenal sebagai White Helmets, Mahmoud Adam, setidaknya 50 orang tewas pada Rabu akibat tembakan tembakan artileri pemerintah. "Mereka [pasukan pemerintah] tidak meninggalkan apapun kecuali menggunakannya untuk melawan orang-orang Ghouta - dari serangan bom fosfor hingga tembakan artileri," katanya.

Sampai saat ini, setidaknya 800 orang telah terbunuh sejak dimulainya serangan terbaru di sana. Daerah pinggiran Damaskus telah berada di bawah kontrol oposisi sejak pertengahan 2013. Tak lama kemudian, Presiden Suriah Bashar al-Assad memberlakukan pengepungan di wilayah tersebut, yang menampung sekitar 400 ribu orang.

Konfrontasi yang sedang berlangsung telah memaksa banyak penduduk meninggalkan kota mereka di pinggiran Ghouta Timur. Mereka memilih untuk melarikan diri lebih dalam ke daerah kantong yang dikuasai oposisi. Sedikitnya 1.000 keluarga meninggalkan rumah mereka di kota pusat Douma pada Selasa dan Rabu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement