Rabu 21 Mar 2018 11:15 WIB

Bertemu Trump, Putra Mahkota Saudi akan Bahas Nuklir Iran

Trump mengatakan Iran belum mengeluarkan sikap yang tepat dalam kesepakatan nuklir.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Masa depan kesepakatan nuklir Iran diperkirakan akan menjadi salah satu topik yang dibicarakan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman saat bertemu dengan Presiden AS Donald Trump, pada Selasa (20/3) waktu setempat. Sebelumnya Trump telah mengisyaratkan akan mengambil langkah untuk menarik AS dari kesepakatan itu.

Sebelum pertemuan berlangsung, Trump mengatakan Iran sendiri belum mengeluarkan sikap yang tepat dalam kesepakatan tersebut. Selain itu, menurutnya masih banyak hal buruk yang saat ini dilakukan Iran.

"Kesepakatan akan diperbaharui dalam satu bulan ini, dan Anda akan melihat apa yang terjadi," ujar Trump, seperti dilaporkan USA Today. Trump mengacu pada persyaratan Kongres bahwa ia harus mengesahkan kesepakatan nuklir Iran secara berkala. Tenggat waktu berikutnya adalah 12 Mei mendatang.

Sementara Pangeran Mohammed, putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dan pewaris takhta kerajaan Arab Saudi, masih enggan berkomentar mengenai kesepakatan nuklir Iran. "Kita akan membicarakannya hari ini," kata dia.

Dalam kampanye pemilihan presiden pada 2016 lalu, Trump telah berjanji akan mengakhiri kesepakatan itu. Dalam kesepakatan tersebut Iran setuju untuk menangguhkan program senjata nuklirnya, sementara AS dan sekutunya mengurangi sanksi ekonomi terhadap negara itu.

Para pejabat AS dan Arab Saudi mengatakan kesepakatan itu memiliki terlalu banyak celah untuk diingkari. Mereka menduga Iran masih ingin mengembangkan senjata nuklir terlepas dari adanya kesepakatan.

Pemerintahan Trump sampai saat ini belum mengambil langkah-langkah tegas untuk mengakhiri kesepakatan tersebut. Trump justru meminta Kongres dan negara-negara sekutunya untuk memperbaiki sejumlah bagian yang dianggap tidak sesuai dan negosiasi mengenai permintaan itu saat ini masih berlangsung.

Beberapa pejabat pemerintahan Trump lainnya, termasuk Menteri Luar Negeri AS yang baru saja dipecat Rex Tillerson, telah mendesak Trump untuk tetap tinggal dalam kesepakatan nuklir Iran.

Selain membahas kesepakatan itu, pertemuan Trump dengan Pangeran Mohammed juga akan membicarakan tentang bantuan AS dan aksi militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman. Di Washington, Pangeran Mohammed juga dijadwalkan akan bertemu dengan Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, dan Menteri Perdagangan AS, serta para pemimpin Kongres dari kedua partai.

Dia juga berencana untuk membahas proses perdamaian Timur Tengah saat menghadiri jamuan makan malam dengan pejabat pemerintah AS, termasuk dengan penasihat senior sekaligus menantu Trump, Jared Kushner.

Pangeran berusia 32 tahun itu melakukan kunjungan pertamanya ke AS sejak menjadi pewaris tahta kerajaan pada Juni tahun lalu. Kunjungannya selama tiga minggu tersebut meliputi kunjungan ke New York, Boston, Seattle, Los Angeles, San Francisco, dan Houston.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement