Sabtu 24 Mar 2018 09:48 WIB

120 Ribu Orang Tinggalkan Ghouta Timur

Warga sipil telah meninggalkan Ghouta Timur sejak 14 Maret.

Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.
Foto: Failaq al-Rahman, via AP
Kelompok gerilyawan Suriah Failaq al-Rahman saat baku tembak dengan pasukan pemerintah di Damaskus, Suriah. Kebanyakan gerilyawan di Ghouta berasal dari kelompok tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Sebanyak 120 ribu orang sejauh ini telah mengungsi dari daerah yang dikuasai gerilyawan, Ghouta Timur di pinggir Ibu Kota Suriah, Damaskus, Jumat (23/3).

Kelompok paling akhir adalah sebanyak 2.450 orang yang mencapai daerah yang dikuasai pemerintah melalui tempat penyeberangan Wafidin di sebelah timur laut Damaskus pada Jumat, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia. Warga sipil telah meninggalkan Ghouta Timur sejak 14 Maret, dan jumlahnya terus bertambah setiap kali militer Suriah merebut daerah baru di daerah itu.

Perkembangan tersebut terjadi saat makin banyak daerah jatuh ke dalam kendali pasukan Suriah di Ghouta Timur dan kelompok gerilyawan setuju untuk mengosongkan posisi mereka dan pergi ke daerah yang dikuasai gerilyawan di Provinsi Idlib di bagian barat-laut Suriah. Pasukan Suriah sudah merebut lebih dari 80 persen daerah itu sejak melancarkan serangan besar untuk mengusir gerilyawan pada penghujung Februari.

Ghouta Timur, wilayah pertanian dengan luas 105 kilometer persegi yang terdiri atas beberapa kota kecil dan lahan pertanian, menimbulkan ancaman terakhir buat ibu kota Suriah karena kedekatannya dengan permukiman yang dikuasai pemerintah di sebelah timur Damaskus dan serangan mortir yang berlangsung terhadap daerah permukiman di Damaskus, sehingga mendorong orang ke ambang penderitaan.

Empat kelompok utama gerilyawan saat ini berada di dalam Ghouta Timur, yaitu Tentara Islam, Failaq Ar-Rahman, Ahrar Ash-Sham, dan Komite Pembebasan Levant yang juga dikenal dengan nama Front An-Nusra, yang memiliki hubungan dengan Alqaidah.

Berbagai lembaga kemanusiaan telah menyampaikan kekhawatiran mengenai situasi kemanusiaan yang bertambah buruk bagi 400 ribu orang di wilayah itu, tempat para pegiat mengatakan sebanyak 1.000 orang telah tewas sejak penghujung Februari akibat pemboman sengit dan operasi militer di daerah Ghouta Timur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement