Kamis 29 Mar 2018 11:38 WIB

Idlib Belum Aman Bagi Pengungsi Ghouta Timur

Pilihan yang dihadapkan kepada warga Ghouta Timur memang hanya dua.

Iring-iringan truk bantuan ACT dalam aksi kemanusiaan untuk Syiria
Foto: ACT
Iring-iringan truk bantuan ACT dalam aksi kemanusiaan untuk Syiria

REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA – Sepekan terakhir, laju pengungsi asal Ghouta ke Idlib menjadi babak baru krisis kemanusiaan Suriah. Jalur-jalur yang tadinya tertutup, blokade bahkan ranjau darat yang dipasang berderet mengelilingi Ghouta Timur satu persatu dilepas oleh militer rezim. Gencatan senjata dalam tempo tertentu telah membuka Jalan untuk evakuasi warga sipil dari dalam Ghouta.

Kabar terakhir melansir laman Al Jazeera, Ahad (25/3) kemarin, evakuasi lanjutan dilakukan dari Irbin, satu kota di selatan Harasta, wilayah Ghouta Timur, Damaskus, Suriah. Ketika koridor evakuasi terbuka, puluhan sampai ratusan bus pengangkut warga sipil asal Ghouta perlahan bergerak menuju ke Idlib. 

Idlib menjadi tujuan evakuasi, nama Idlib pun kembali bergaung. Bukan dalam jumlah yang sedikit, diperkirakan sampai dengan beberapa hari ke depan, arus pengungsi asal Ghouta Timur akan terus melaju memasuki Idlib.

Sekali angkut, deretan mobil-mobil bus yang bergerak dari Ghouta bisa mengangkut ribuan jiwa. Artinya, dalam beberapa hari ke depan, arus pengungsi Ghouta Timur di Idlib bakal terus membeludak.

Pilihan yang dihadapkan kepada warga Ghouta Timur memang hanya dua, tersekap dalam gelap di bawah tanah, atau berpindah untuk mengungsi ke Idlib, meninggalkan semua harta tersisa di Ghouta Timur.

Lalu, ketika pilihan untuk mengungsi ke Idlib diambil, benarkah Idlib menjadi pilihan terbaik?

Tidak ada yang bisa menjamin aman

Idlib, satu provinsi besar di sebelah Utara Suriah, menjadi tapal batas langsung yang memisahkan Turki dan Suriah. Di antara rumit dan peliknya konflik di dalam Suriah, beberapa pihak yang berkonflik, sejak tahun 2017 lalu telah menetapkan Idlib sebagai zona de-eskalasi konflik. Artinya, Idlib pun harusnya menjadi tempat aman untuk warga sipil bernaung.

Tapi kenyataannya tak pernah berlaku demikian, Idlib tak juga lepas dari gempuran rezim. Melansir laman TRT World – sebuah media berbahasa Inggris yang berbasis di Istanbul – serangan atas Idlib menghujam lusinan kali selama beberapa bulan terakhir.

“Dari Rusia dan rezim, serangan udara di Idlib menyerang tepat di atas kamp pengungsian, membunuh ratusan jiwa warga sipil yang mengungsi di Idlib selama lusinan kali serangan,” tulis laman TRT World dalam sebuah laporannya.

Mitra Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang beraktivitas di Idlib pun mengatakan, kini jumlah pengungsi internal di Idlib sudah sangat berdesakan. Lebih dari sejuta jiwa pengungsi tinggal di kamp-kamp pengungsian internal yang tersebar merata di wilayah Idlib.

“Asal mereka dari berbagai wilayah eskalasi konflik di luar Idlib seperti Aleppo, Homs, Hama, Damaskus, juga pengungsi asal Ghouta Timur yang baru saja tiba. Untuk bertahan hidup, jutaan pengungsi berpangku pada bantuan kemanusiaan dari pihak lain, termasuk mengharap bantuan dari Indonesia,” kata Abdullah (nama disamarkan) mitra ACT di dalam Idlib.

Melansir kembali Al Jazeera, seorang koresponden Al Jazeera di dalam Idlib pun mengatakan hal yang sama tentang Idlib. “Idlib bukan tempat yang aman. Kota itu pun menjadi target serangan dari udara selama beberapa bulan terakhir. Idlib juga over populasi. Kebanyakan pengungsi tanpa pekerjaan. Terluka parah atau sakit karena perang,” tulis seorang koresponden Al Jazeera di dalam Idlib.

Terlepas dari kondisi mencekam yang juga melingkupi Idlib. Arus pengungsi asal Ghouta terus bertambah banyak. Sementara itu, tak begitu jauh dari Idlib, tepatnya di Kota Reyhanli, kota perbatasan yang menjadi gerbang keluar dari Idlib menuju ke Turki, Aksi Cepat Tanggap sudah mengoperasikan sebuah bangunan permanen bertajuk Indonesia Humanitarian Center (IHC).

Bambang Triyono, Direktur Global Humanity Response ACT mengatakan, bangunan berupa gudang kemanusiaan ini dioperasikan ACT tepat di perbatasan, untuk menyuplai ribuan paket pangan tiap bulannya kepada pengungsi Suriah. IHC menegaskan peran rakyat Indonesia sebagai bangsa yang terus menyalurkan kepeduliannya untuk pengungsi Suriah.

 

Bambang mengatakan, IHC terbuka untuk warga Indonesia mana pun, baik individu maupun organisasi, yang ingin turut berpartisipasi dalam penyediaan logistik bagi pengungsi Suriah.

“Karena ini adalah ikhtiar bersama kita, rakyat Indonesia. Sebelumnya masyarakat Indonesia melalui ACT telah mendistribusikan bantuan pangan ke pengungsi Suriah di perbatasan (Turki-Suriah) serta di Ghouta Timur. Dan kini, melalui program IHC, kita bisa terus membantu pengungsi Suriah dalam jangka panjang, khususnya dalam penyediaan kebutuhan pokok mereka,” pungkas Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement