Rabu 04 Apr 2018 22:02 WIB

Donald Trump Sedang Sibuk, KTT Negara Teluk Mundur

KTT Negara Teluk ditunda hingga September.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
 KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Manama, Bahrain, Senin (24/12).
Foto: AP Photo/Hasan Jamali
KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Manama, Bahrain, Senin (24/12).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Konferensi Tingkat Tinggi Negara Teluk yang seharusnya berlangsung pada awal April di Washington, DC, ditunda hingga September. Penundaan dilakukan karena kesibukan Presiden AS Donald Trump dalam mengikuti banyak jadwal rapat diplomatik.

Selain itu, AS juga saat ini masih belum memiliki Menteri Luar Negeri sampai Direktur CIA Mike Pompeo dilantik secara resmi. Beberapa pejabat AS mengatakan, penundaan itu mengindikasikan Washington belum membuat kemajuan dalam upaya untuk mengakhiri krisis Teluk.

Para pemimpin Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA) rencananya bertemu pada 1 April ini untuk pertama kalinya sejak sanksi diplomatik terhadap Doha diberlakukan tahun lalu oleh Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir. Kuartet Arab itu telah memutus hubungan dengan Qatar, setelah menuduhnya mendukung terorisme dan menjalin hubungan dekat dengan Iran.

Satu pejabat AS mengatakan ada konsensus umum bahwa akan lebih baik untuk menunda KTT dan menyelenggarakannya setelah bulan Ramadhan, atau lebih dari pertengahan Juni. Sumber yang sama menambahkan, KTT itu telah dibahas selama kunjungan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman ke Washington.

"Ada gerakan untuk memulai dialog dan memungkinkan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan KTT," kata pejabat yang berbicara secara anonim itu.

Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan Trump berkomitmen untuk menyelesaikan krisis Teluk bulan ini. Namun KTT Teluk-AS tidak terkait dengan krisis Teluk. Emir Qatar Sheikh Tamim bin Haman Al Thani telah menerima panggilan telepon dari Trump pada Selasa (3/4). Qatar News Agency (QNA) melaporkan, kedua pemimpin ini membahas hubungan strategis antara Qatar dan AS, termasuk upaya bersama kedua negara dalam memerangi ekstremisme dan terorisme.

Dalam sebuah pernyataan, Gedung Putih mengatakan Trump dan Sheikh Tamim sepakat mengenai pentingnya persatuan regional untuk mengatasi ancaman keamanan. "Para pemimpin ini membahas perilaku Iran yang semakin sembrono di kawasan itu dan ancaman yang ditimbulkannya terhadap stabilitas regional," kata pernyataan Gedung Putih itu.

Pernyataan tersebut juga mengatakan, Trump berterima kasih kepada Sheikh Tamim atas komitmen Qatar yang terus menerus untuk melawan pendanaan terorisme dan ekstremisme. Trump kemudian menghubungi Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz. Ia menekankan pentingnya menyelesaikan krisis Teluk untuk mengembalikan persatuan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) dan menjaga keamanan rakyat di wilayah tersebut.

Baca juga: Arab Saudi dan Kuba Sepakat Perangi Terorisme

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement