Senin 16 Apr 2018 21:12 WIB

Kunjungan Tim Pencari Fakta ke Suriah Tertunda

Rusia dan Suriah tidak menjamin keamanan tim pencari fakta di Douma.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nur Aini
Tim evakuasi bantuan dari Turki membawa korban serangan senjata kimia yang terjadi di kota Idllib, Suriah
Foto: AP
Tim evakuasi bantuan dari Turki membawa korban serangan senjata kimia yang terjadi di kota Idllib, Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DOUMA -- Kunjungan tim pencari fakta dari Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) ke lokasi serangan kimia di Kota Douma, Suriah, telah tertunda. Tim OPCW tiba di Damaskus pada Sabtu (14/4) dan telah merencanakan untuk menuju ke Douma pada Senin (16/4), tetapi Rusia dan Suriah belum memberikan akses masuk.

Duta Besar Inggris untuk OPCW Peter Wilson mengatakan, PBB telah membebaskan tim pencari fakta untuk pergi ke lokasi. Namun mereka dilaporkan tidak dapat mencapai Douma karena Suriah dan Rusia tidak dapat menjamin keselamatan mereka.

"Akses masuk adalah hal yang penting. Rusia dan Suriah harus bekerja sama," ujar Wilson, dalam konferensi pers di Den Haag, Senin (16/4).

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia menegaskan penundaan itu disebabkan oleh adanya serangan Barat. Sementara Duta Besar AS untuk OPCW Kenneth Ward mengatakan Rusia mungkin telah merusak lokasi serangan kimia yang telah membunuh puluhan pria, wanita, dan anak-anak pada 7 April lalu itu.

"Sudah lama berlalu, organisasi ini mengutuk pemerintah Suriah karena terornya dan menuntut akuntabilitas internasional dari mereka yang bertanggung jawab atas tindakan keji ini," kata Ward.

Tim pencari fakta OPCW yang bermarkas di Den Haag telah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad bersama para perwira Rusia. Mereka juga bertemu seorang pejabat keamanan senior Suriah di Damaskus selama sekitar tiga jam pada Ahad (15/4).

Moskow, sekutu utama Presiden Suriah Bashar al-Assad, telah mengutuk AS, Inggris, dan Prancis karena menolak menunggu temuan tim pencari fakta OPCW) atas dugaan serangan kimia terhadap Douma, sebelum mereka meluncurkan serangan. Washington dilaporkan tengah bersiap untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia dengan memberikan sanksi ekonomi baru. Menteri Luar Negeri Uni Eropa mengancam akan melakukan langkah-langkah serupa.

Di London dan Paris, Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Prancis Emmanuel Macron sedang menghadapi kritik dari lawan-lawan politik mereka atas keputusan mereka bergabung dalam serangan udara terhadap Suriah.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement