Rabu 18 Apr 2018 09:17 WIB

Saudi Bahas Pengiriman Pasukan ke Suriah dengan AS

Saudi siap sebarkan pasukan darat sejak 2016.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir
Foto: saudigazette.com
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel Al Jubeir

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir sedang berbicara dengan Amerika Serikat (AS) tentang pengiriman pasukan ke Suriah. Pengiriman pasukan tersebut sebagai bagian dari koalisi internasional yang lebih luas.

Dalam pernyataannya pada Selasa (17/4), al-Jubeir mengatakan tawaran pengiriman pasukan itu bukan hal baru. Saudi sebelumnya telah mengusulkan gagasan tersebut kepada mantan presiden Barack Obama.

"Kami sedang berdiskusi dengan AS, dan telah sejak awal krisis Suriah tentang pengiriman pasukan ke Suriah," kata al-Jubeir kepada wartawan di Riyadh selama konferensi pers bersama Sekjen PBB Antonio Guterres.

"Kami membuat penawaran kepada pemerintahan (sebelumnya) Obama jika AS mengirim pasukan, maka Arab Saudi akan mempertimbangkan bersama dengan negara lain mengirimkan pasukan sebagai bagian dari kontingen ini," katanya.

Kerajaan itu mengumumkan kesiapannya menyebarkan pasukan darat pada 2016. Pasukan tersebut untuk melawan ISIS di Suriah.

Angkatan udara Saudi ikut serta dalam kampanye udara yang bertujuan mengalahkan ISIS sejak awal 2014. Sejak itu kerajaan Teluk tersebut berhenti dari penyebaran pasukan darat penuh.

Kabar itu muncul sehari setelah Wall Street Journal melaporkan Presiden AS Donald Trump sedang merakit kekuatan Arab yang akan mencakup Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Itu untuk menggantikan kehadiran militer AS di Suriah.

Penasihat Keamanan Nasional Trump yang baru, John Bolton berharap pasukan tersebut akan mencakup Mesir. Pasukan itu akan bertanggung jawab menstabilkan bagian timur laut Suriah.

Aljazirah mencatat pembentukan pertahanan AS akan sangat berhati-hati dari rencana Saudi. "Ada kekhawatiran besar di antara kepemimpinan di dalam militer tentang kemampuan pasukan Saudi. Lihat saja perang di Yaman bahwa AS telah membantu mereka bertarung dengan intelijen dan pengisian bahan bakar," kata wartawan Aljazirah di Washington DC, Patty Culhane.

"Ada bencana kemanusiaan, jumlah sekolah dan rumah sakit yang telah terkena, menimbulkan keprihatinan besar di kalangan aktivis hak asasi manusia," katanya.

Pertanyaan kunci lainnya adalah apa yang akan terjadi pada pasukan AS di Suriah. Selain itu, apakah mereka diharapkan tetap sebagai bagian dari misi yang diperluas."Itu tidak sepenuhnya jelas Trump akan baik-baik saja dengan itu," katanya.

Menurut Pentagon, AS memiliki sekitar 2.000 tentara yang ditempatkan di wilayah Suriah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement