Kamis 19 Apr 2018 20:18 WIB

Rusia Tuding Militan Suriah Cegah Tim Penyidik Masuki Douma

Jadwal tim penyidik menuju lokasi serangan senjata kimia tertunda.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.
Foto: Letnan john Matthew Daniels / Angkatan Laut AS melalui AP
Dalam gambar yang diambil oleh Angkatan Laut AS, kapal penjelajah kendali-rudal USS Monterey (CG 61) menembakkan rudal Tomahawk ke Suriah, Sabtu, (14/4). Donald Trump mengumumkan serangan udara ke Suriah sebagai tanggapan atas dugaan serangan senjata kimia.

REPUBLIKA.CO.ID, DOUMA -- Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov mengatakan pada Kamis (19/4) bahwa militan Suriah mencegah tim penyidik dari Organizations for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) mencapai kota Douma.

Kantor berita RIA melaporkan sebelumnya jadwal tim penyidik tersebut untuk menuju lokasi serangan senjata kimia di Kota Douma kembali tertunda. Penundaan itu dilakukan setelah terdengar tembakan di lokasi tersebut, saat tim keamanan PBB terlebih dahulu memasuki Douma, pada Selasa (17/4).

Tim keamanan PBB berada di Douma untuk menilai situasi keamanan di kota itu menjelang kunjungan tim penyidik OPCW. Selain mendengar tembakan, mereka juga bertemu pengunjuk rasa yang menuntut bantuan.

Duta Besar Suriah untuk PBB mengatakan tim OPCW akan memulai pekerjaannya di Douma pada Rabu (18/4), jika tim keamanan PBB menganggap situasi di sana telah aman. Secara terpisah, sebuah sumber PBB mengatakan tim penyidik OPCW mungkin tidak akan datang ke Douma pada Rabu (18/4).

Serangan senjata kimia pada 7 April lalu telah menewaskan puluhan orang di Douma. Serangan tersebut menyebabkan kelompok pemberontak yang mengendalikan Douma setuju untuk menyerahkan kendali atas kota kepada Pemerintah Suriah.

Serangan senjata kimia itu dituduhkan kepada rezim Bashar al-Assad. Namun pihaknya dan juga sekutu dekatnya Rusia membantah tuduhan tersebut. Rusia menyebut serangan gas beracun itu hanyalah rekayasa.

Baca juga: ISIS Ditenggat Dua Hari Keluar dari Selatan Damaskus

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement