Kamis 10 May 2018 00:08 WIB

Erdogan: Trump tak Bisa Sesuka Hati Cabut Kesepakatan Nuklir

Erdogan menilai perekonomian dunia dipertaruhkan setelah AS keluar dari kesepakatan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Foto: PA-EFE/KAYHAN OZER
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan Amerika Serikat akan mengalami kekalahan terkait perjanjian nuklir Iran. Menurutnya, Presiden AS Donald Trump tidak bisa mengubah kesepakatan tersebut sesuka hati dan AS tidak bisa menarik diri dari perjanjian nuklir Iran.

"Mengubah kesepakatan ini dan mundur dari perjanjian, mungkin tidak hanya akan berdampak pada wilayah tersebut tapi juga seluruh dunia. Ini bukan bagaimana mekanisme internasional bekerja, perjanjian internasional dan konvensional internasional tidak dapat dibatalkan sesuka hati," kata dia seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (9/5).

Erdogan mengatakan, perekonomian seluruh dunia dipertaruhkan bila AS keluar dari perjanjian tersebut. Selain itu, AS mungkin mendapatkan beberapa dampak positif bila menarik diri dari perjanjian tersebut. Misalnya naiknya harga minyak, tapi banyak negara lain masih dalam kemiskinan bahkan akan terpukul lebih keras.

"Jika ada dokumen yang memuat tanda tangan Anda, itu harus dihormati, Anda harus mematuhi itu. Kami tidak membutuhkan krisis baru di kawasan ini," ujarnya.

Ketika ditanya apakah tindakan Trump bisa mengarah pada perang geopolitik, Erdogan mengakui bahwa bukan itu yang diinginkan dan diharapkan. Namun menurut dia, AS akan menjadi pihak yang kalah.

"Iran tidak akan pernah berkompromi dengan perjanjian ini dan akan mematuhi perjanjian ini sampai akhir. Seseorang harus menghormati perjanjian yang telah Anda tanda tangani," dia menegaskan kembali.

Trump pada Selasa (9/5) menarik AS keluar dari perjanjian nuklir Iran. Kesepakatan 2015 menempatkan pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada program nuklir Iran. Akan tetapi, semua mitra AS mitra seperti Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, Cina, dan Uni Eropa sepakat bahwa mempertahankan kesepakatan adalah cara terbaik untuk memerintah dalam program nuklir Iran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement