Rabu 23 May 2018 03:16 WIB

Global Witness: Konsumen AS tanpa Sadar Bantu ISIS Afghan

ISIS Disebut memiliki sumber pemasukan dana dari tambang talk ilegal.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Teguh Firmansyah
Gerakan ISIS (ilustrasi)
Foto: VOA
Gerakan ISIS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Gerakan ISIS di Afghanistan disebut memiliki sumber pemasukan dana dari penambangan talk ilegal. Talk merupakan bahan dasar yang biasa digunakan dalam beragam produk, mulai dari cat hingga bedak bayi.

Menurut Global Witness, hasil penambangan ilegal ini sebagian besar berakhir di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Kementerian Pertambangan Afghanistan mencatat ada sekitar 500 ribu ton talk yang diekspor dari Afganistan sejak awal tahun hingga Maret lalu.

Hampir semua talk ini diekspor ke Pakistan yang kemudian diekspor kembali ke negara-negara lain. Pakistan merupakan negara yang memenuhi lebih dari sepertiga talk impor di AS. Pakistan juga mengekspor cukup banyak talk ke Uni Eropa.

"Konsumen Amerika dan Eropa tanpa sadar membantu pendanaan kelompok ekstremis di Afghanistan," ungkap Campaign Director Global Witness Nick Donovan dalam pernyataan resmi, seperti dilansir Reuters, Selasa (22/5).

Berdasarkan laporan, ISIS sedang berupaya untuk mengambil kontrol atas pertambangan di Nangarhar, Afghanistan. Nangarhar yang terletak di perbatasan dengan Pakistan memiliki deposit talk dan mineral yang besar. Nangarhar juga terletak dekat rute yang biasa digunakan untuk menyelundupkan obat-obatan terlarang dan barang selundupan lain.

Pihak keamanan Afghanistan telah lama khawatir dengan perdagangan talk dan mineral chromite yang tak terkontrol di Nangarhar. Meski sulit untuk mengestimasikan nilai jual-beli dari pertambangan ilegal yang dilakukan ISIS, jual-beli hasil pertambangan ilegal ini diperkirakan meraup keuntungan besar.

"Mulai dari paling rendah puluhan ribu hingga paling tinggi jutaan dolar per tahun. Ratusan ribu (dolar AS) merupakan perkiraan tengah yang masuk akal," ungkap laporan dalam Global Witness.

Jumlah ini mungkin tidak terlihat begitu besar. Namun, pasukan militer AS memperkirakan kekuatan ISIS di Nangarhar sekitar 750-2.000 personel.

Artinya, dana yang masuk dari hasil pertambangan ilegal tersebut dapat membiayai pergerakan pasukan ISIS tersebut.

Terkait temuan ini, Juru Bicara Kementerian Pertambangan Afghanistan mengatakan, komite khusus telah dibentuk untuk merancang pendekatan terkait masalah tersebut dengan pihak keamanan dan badan intelijen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement