Senin 08 Oct 2012 18:31 WIB

ACT Bangun 10 Shelter Pengungsi Rohingya

Sebanyak 50 ribu jiwa pengungsi etnis Rohingya lari menyelamatkan diri dan tinggal di kamp pengungsi Baw Pha Du di Sittwe, Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Rabu, (1/8).
Foto: Khin Maung Win/AP
Sebanyak 50 ribu jiwa pengungsi etnis Rohingya lari menyelamatkan diri dan tinggal di kamp pengungsi Baw Pha Du di Sittwe, Negara Bagian Rakhine, Myanmar, Rabu, (1/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) membangun 10 tempat perlindungan atau "shelter" bagi pengungsi Rohingya di Sittwe, Provinsi Rakhine, Myanmar.

"Kami telah membangun 10 'shelter' dan akan selesai dalam waktu dekat," ujar Direktur Tanggap Kemanusiaan Global ACT Doddy Hidayat di Jakarta, Senin.

ACT berharap bisa membangun sebanyak-banyaknya tempat perlindungan bagi para pengungsi. Doddy yang baru saja pulang dari Myanmar mengaku kehidupan para pengungsi sangat tidak layak. "Mereka hidup di tenda-tenda darurat, tanpa lantai hanya beralaskan tikar selama berbulan-bulan," kata dia.

Kondisi itu, kata dia, tentu sangat tidak baik untuk kesehatan, apalagi sangat minim dengan fasilitas. Para pengungsi juga tidak diperkenankan meninggalkan kawasan itu karena dijaga ketat oleh para tentara.

Selain itu, kata dia, hampir semua anak-anak di tempat pengungsian itu tidak mengenakan baju.

"Rencananya kami akan membangun tempat perlindungan yang terintegrasi. Ada rumah sakit, sanitasi, tempat bermain, sekolah dan rumah ibadah. Tapi semuanya tergantung dari bantuan masyarakat Indonesia."

Di Sittwe, kata Doddy, terdapat setidaknya 70.000 pengungsi etnis Rohingya.

Etnis Rohingya di Myanmar mengalami tindak kekerasan oleh tentara Myanmar selama bertahun-tahun. Menurut laporan terakhir, 650 dari hampir satu juta muslim Rohingya tewas selama bentrokan yang terjadi menjelang Ramadan di wilayah barat Rakhine, Myanmar.

Sementara 1.200 lainnya hilang dan 90.000 lebih telantar. Pemerintah Myanmar tidak mengakui muslim Rohingya dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal meski mereka telah tinggal di negara itu selama beberapa generasi.

Badan Hak Asasi Manusia PBB (UNHCR) melaporkan pasukan keamanan Myanmar berada di balik upaya penghapusan etnis Rohingya sehingga konflik yang terjadi di Myanmar telah memakan korban dalam jumlah besar dari etnis Rohingya dan sekitar 80.000 orang mengungsi.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement