Sabtu 10 Apr 2021 22:15 WIB

Banyak Negara Sulit Dapatkan Pasokan Dosis Kedua Vaksin

WHO mengecam ketidakseimbangan atas penyaluran vaksin.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto file ini bertanggal 7 Februari 2021, botol vaksin Oxford-AstraZeneca melawan COVID-19 di sebuah rumah sakit di Sofia, Bulgaria. Afrika Selatan pada hari Minggu 7 Februari 2021, telah menangguhkan rencana untuk menyuntik pekerja perawatan kesehatan garis depannya dengan vaksin AstraZeneca setelah uji klinis kecil menunjukkan bahwa itu tidak efektif dalam mencegah penyakit ringan hingga sedang dari varian yang dominan di negara.
Foto: AP/Valentina Petrova
Dalam foto file ini bertanggal 7 Februari 2021, botol vaksin Oxford-AstraZeneca melawan COVID-19 di sebuah rumah sakit di Sofia, Bulgaria. Afrika Selatan pada hari Minggu 7 Februari 2021, telah menangguhkan rencana untuk menyuntik pekerja perawatan kesehatan garis depannya dengan vaksin AstraZeneca setelah uji klinis kecil menunjukkan bahwa itu tidak efektif dalam mencegah penyakit ringan hingga sedang dari varian yang dominan di negara.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebanyak 60 negara, termasuk beberapa negara termiskin di dunia, mungkin terhenti pada suntikan dosis pertama vaksinasi virus Corona. Hampir semua pengiriman melalui program global yang dimaksudkan untuk membantu vaksinasi itu diblokir hingga akhir Juni.

Inisiatif global untuk menyediakan vaksin atau dikenal dengan COVAX dalam seminggu terakhir telah mengirimkan lebih dari 25 ribu dosis ke negara-negara berpenghasilan rendah. Semua pengiriman telah dihentikan sejak Senin.

Baca Juga

Selama dua minggu terakhir, menurut data yang dikumpulkan setiap hari oleh UNICEF, total kurang dari 2 juta dosis COVAX telah diberikan untuk pengiriman ke 92 negara di dunia berkembang. Jumlah ini sama dengan yang disuntikkan di Inggris saja.

Atas kondisi tersebut, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreysus,  mengecam ketidakseimbangan yang mengejutkan dalam vaksinasi Covid-19 global.  Dia menyatakan, satu dari empat orang di negara kaya telah menerima vaksin. Namun hanya satu dari 500 orang di negara miskin yang mendapatkan vaksin.

Kekurangan vaksin sebagian besar berasal dari keputusan India untuk berhenti maengekspor vaksin dari pabrik Serum Institute. Fasilitas ini memproduksi sebagian besar dosis AstraZeneca yang diandalkan COVAX untuk memasok sekitar sepertiga populasi global.

COVAX hanya akan mengirimkan vaksin yang disetujui oleh WHO. Kondisi ini membuat negara-negara semakin tidak sabar, terlebih lagi persediaan berkurang di beberapa negara pertama yang menerima pengiriman COVAX.

Perkiraan pengiriman dosis kedua dalam rentang waktu 12 minggu yang saat ini direkomendasikan sekarang diragukan. Dalam sebuah pernyataan, aliansi vaksin yang dikenal sebagai GAVI mengatakan  bahwa 60 negara terkena dampak penundaan tersebut.

Dokumen internal WHO yang diperoleh Associated Press menunjukkan ketidakpastian tentang pengiriman menyebabkan beberapa negara kehilangan kepercayaan pada upaya COVAX.  Laporan itu pun menunjukkan badan PBB menghadapi pertanyaan dari peserta COVAX ketidakpastian semua orang yang divaksinasi pada putaran pertama dijamin mendapatkan dosis kedua.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement