Selasa 27 Sep 2022 07:44 WIB

Kuburan Massal Ditemukan di Afghanistan

Sebuah kuburan massal berisi 12 jenazah telah ditemukan di Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Sebuah kuburan massal berisi  12 jenazah telah ditemukan di Afghanistan.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Sebuah kuburan massal berisi 12 jenazah telah ditemukan di Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebuah kuburan massal berisi  12 jenazah telah ditemukan di Afghanistan. Pejabat Taliban pada Senin (26/9/2022) mengatakan, kuburan massal itu ditemukan penduduk desa selama beberapa hari terakhir di Kota Spin Boldak, yang berbatasan dengan Pakistan.

Spin Boldak adalah tempat pertempuran sengit antara mantan pasukan Pemerintah Afghanistan dan pejuang Taliban, sebelum Taliban merebut kekuasaan tahun lalu. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, orang-orang yang berada dalam kuburan massal itu tewas sembilan tahun lalu ketika pemerintah yang didukung AS berkuasa. Tetapi situs kuburan massal itu belum diselidiki secara independen.

“Ini orang-orang yang ditangkap dari desa-desa oleh mantan komandan kejam Jenderal Raziq.  Mereka semua adalah warga sipil yang terbunuh dan dikubur di kuburan massal,” kata Mujahid, dilansir Alarabiya, Selasa (27/9/2022).

Jenderal Raziq yang dimaksud Mujahid adalah mendiang kepala polisi Kandahar. Raziq merupakan seorang komandan kuat yang dikenal karena pertempuran efektifnya melawan pejuang Taliban selama perang 20 tahun.

“Kami sedang menyelidiki penemuan kuburan massal ini, setelah itu kami akan memutuskan langkah apa yang harus dilakukan," kata Mujahid.

Pelapor Khusus PBB untuk hak asasi manusia di Afghanistan, Richard Bennett, mengatakan, jenazah yang ditemukan dalam kuburan massal itu lebih baik tidak dipindahkan sambil menunggu pemeriksaan forensik. Sementara dalam sebuah video di media sosial, penduduk desa berkumpul di sekitar tumpukan tulang belulang yang ditemukan dalam kuburan massal tersebut.

Jenderal Abdul Raziq ditembak mati oleh seorang pengawal pada Oktober 2018. Dia ditembak beberapa menit setelah pertemuan dengan komandan tinggi AS di Afghanistan, Jenderal Scott Miller.

Taliban mengaku bertanggung jawab atas kematian Raziq. Taliban mengatakan, mereka telah menargetkan Raziq yang memiliki reputasi sebagai lawan yang kejam di Kandahar dan provinsi tetangga. Saudara laki-laki Raziq, Tadin Khan, menolak tuduhan Taliban.

“Ini adalah upaya untuk memfitnah keluarga kami,” ujar Khan, yang menggantikan Raziq sebagai kepala polisi Kandahar.

Human Rights Watch menyerukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut. "Penemuan situs kuburan membuat pihak berwenang semakin mendesak untuk mencegah tindakan balas dendam," ujar Direktur Human Right Watch, Patricia Grossman.

Taliban merebut kekuasaan pada 15 Agustus tahun lalu setelah pejabat pemerintah dan pasukan meninggalkan Afghanistan. Tetapi bentrokan mematikan meletus antara kedua belah pihak di dalam dan sekitar Kota Spin Boldak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement