Selasa 29 Nov 2022 16:49 WIB

Pasukan Israel Tembak Mati Tiga Warga Palestina di Tepi Barat

Seorang ditembak di Beit Ummar, sedangkan dua lainnya di Ramallah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Pasukan Israel menembak mati tiga warga Palestina di Tepi Barat, Selasa (29/11/2022) pagi waktu setempat.
Foto: EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Pasukan Israel menembak mati tiga warga Palestina di Tepi Barat, Selasa (29/11/2022) pagi waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pasukan Israel menembak mati tiga warga Palestina di Tepi Barat, Selasa (29/11/2022) pagi waktu setempat. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, satu korban ditembak di Beit Ummar, sedangkan dua lainnya di dekat Ramallah.

Korban yang tewas ditembak di Beit Ummar adalah Mufeed Mohammad Ikhlil (44 tahun). Pasukan Israel melepaskan tembakan ke kepala Ikhlil saat mereka terlibat bentrok dengan warga Palestina. Selain Ikhlil, terdapat sembilan warga Palestina lainnya yang ditembak aparat Israel. Satu korban tertembak di dada, sedangkan lainnya di bagian tungkai atas dan bawah. Meski tertembak, mereka dilaporkan berada dalam kondisi stabil.

Baca Juga

Dua warga Palestina lainnya yang tewas ditembak Israel pada Selasa pagi adalah kakak beradik, yakni Jawad dan Thafer Abdul Rahman Rimawi yang masing-masing berusia 22 dan 21 tahun. Pasukan Israel membunuh mereka di desa Kufur Ein. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Jawad tertembak di bagian panggul. Sementara Thafer tertembus peluru di bagian dada.

Akibat insiden penembakan itu, aksi pemogokan umum diumumkan di Ramallah. “Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa dengan tiga orang tewas hari ini, tentara Israel telah menembak dan membunuh 153 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak awal tahun ini,” tulis kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya.

Aksi penembakan terhadap warga Palestina kerap dilakukan pasukan Israel. Anak-anak dan remaja Palestina tak luput dari sasaran. Pada September lalu, Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland menyoroti terus berlanjutnya aksi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap anak-anak Palestina. Menurut dia, pelanggaran Israel terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, tetap berlangsung.

“Saya sangat terkejut bahwa anak-anak (Palestina) terus terbunuh dan terluka dalam jumlah besar. Anak-anak tidak boleh menjadi sasaran kekerasan atau berada dalam bahaya,” kata Wennesland saat berbicara di Dewan Keamanan PBB, 28 September lalu, dikutip laman UN Geneva.

Dia mengingatkan, sesuai resolusi 2334 Dewan Keamanan PBB, segala bentuk tindak kekerasan terhadap warga sipil harus dihindari. Wennesland menyebut, Israel hanya diperkenankan menggunakan “kekuatan mematikan” ketika situasinya tak bisa lagi dielakkan untuk melindungi kehidupan.

Selain kekerasan terhadap anak-anak Palestina, Wennesland turut menyoroti masih berlanjutnya proyek pembangunan permukiman ilegal di wilayah Palestina yang diduduki. Dia menegaskan bahwa hal itu tak sejalan dengan ketentuan resolusi 2334 yang diadopsi pada Desember 2016.

Wennesland berpendapat, negosiasi Israel-Palestina tidak bisa lagi ditunda tanpa batas. “Tidak adanya proses perdamaian yang bermakna untuk mengakhiri pendudukan Israel dan menyelesaikan konflik memicu kerusakan berbahata di seluruh wilayah Palestina yang diduduki, khususnya di Tepi Barat, dan mendorong persepsi bahwa konflik tidak bisa diselesaikan,” ucapnya.

Ia berkomitmen tetap terlibat secara aktif dengan para pemimpin Israel dan Palestina serta mitra-mitra internasional, khususnya di kawasan Timur Tengah. "Mengakhiri pendudukan (Israel) dan mewujudkan solusi dua negara (Israel-Palestina) harus mendorong upaya kolektif kita," ujar Wennesland. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement