Kamis 26 Jan 2023 07:44 WIB

Sekjen NATO Kecam Ancaman Nuklir Rusia

Rusia sebut kekalahan Moskow di Ukraina dapat memicu perang nuklir.

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengecam ancaman nuklir oleh Rusia, setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan aliansi militer Barat itu bahwa kekalahan Moskow di Ukraina dapat memicu perang nuklir.
Foto: AP Photo/Andreea Alexandru
Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengecam ancaman nuklir oleh Rusia, setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan aliansi militer Barat itu bahwa kekalahan Moskow di Ukraina dapat memicu perang nuklir.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengecam ancaman nuklir oleh Rusia, setelah mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev memperingatkan aliansi militer Barat itu bahwa kekalahan Moskow di Ukraina dapat memicu perang nuklir.

"Risiko menggunakan senjata nuklir memang rendah. Tetapi retorika nuklir Rusia sama sekali tidak bertanggung jawab. Itu berbahaya. Rusia harus tahu bahwa perang nuklir tidak akan pernah bisa dimenangkan dan karenanya, tidak boleh dijadikan perang," kata Stoltenberg dalam wawancara dengan harian WELT pada Rabu (25/1/2023).

Baca Juga

Stoltenberg menegaskan bahwa NATO akan terus mencermati apa yang dilakukan Rusia, dan bereaksi jika diperlukan.

"Namun, bahkan jika kita membiarkan Rusia memeras kita dengan retorika ini, dunia akan menjadi lebih berbahaya. Kemudian Rusia akan terus memunculkan ancaman nuklir ini ketika ingin meraih sesuatu," ujar dia.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina hampir setahun lalu pada 24 Februari, Medvedev berulang kali mengangkat ancaman serangan nuklir.

"Kekalahan negara-negara nuklir dalam perang konvensional dapat memicu perang nuklir," kata Medvedev, yang menjabat wakil ketua dewan keamanan Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah unggahan di aplikasi pesan Telegram.

"Negara-negara nuklir tidak pernah kalah dalam konflik besar yang menjadi sandaran nasib mereka," kata Medvedev, mantan presiden Rusia periode 2008-2012.

Kremlin segeramendukung pernyataan Medvedev itu dengan mengatakan bahwa pernyataan tersebut sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip Rusia.

Doktrin Moskow mengizinkan serangan nuklir setelah agresi terhadap Federasi Rusia dengan senjata konvensional mengancam keberadaan negara itu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement