Senin 30 Jan 2023 08:23 WIB

Paus Fransiskus Desak Israel dan Palestina Berdialog

Militer Israel mengerahkan lebih banyak pasukan ke wilayah pendudukan Tepi Barat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Paus Fransiskus pada Ahad (29/1/2023) meminta Israel dan Palestina berdialog untuk mencapai perdamaian.
Foto: AP/Gregorio Borgia
Paus Fransiskus pada Ahad (29/1/2023) meminta Israel dan Palestina berdialog untuk mencapai perdamaian.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Paus Fransiskus pada Ahad (29/1/2023) meminta Israel dan Palestina berdialog untuk mencapai perdamaian. Fransiskus mengatakan, dia sangat sedih dengan berita tentang orang Palestina yang terbunuh selama operasi kontra-terorisme Israel, serta kematian orang Yahudi Israel dalam serangan penembakan sinagoge pada Jumat (27/1/2023).

"Dengan rasa sakit yang luar biasa saya mendengar berita yang datang dari Tanah Suci. Spiral kematian yang tumbuh setiap hari tidak melakukan apa-apa selain membunuh sedikit kepercayaan yang ada di antara kedua bangsa ini," kata Fransiskus.

"Saya mendesak kepada kedua pemerintah dan komunitas internasional, dan saya meminta mereka untuk segera menemukan jalan keluar yang mencakup dialog dan pencarian perdamaian yang tulus," ujar Fransiskus menambahkan.

Seorang pria bersenjata Palestina melakukan serangan di luar sinagoge Yerusalem pada Jumat (28/1/2023) dan menewaskan tujuh orang. Ini merupakan serangan terburuk terhadap orang Israel di wilayah Yerusalem sejak 2008. 

Serangan di sinagoge itu terjadi sehari setelah pasukan Israel membunuh tujuh pria bersenjata dan dua warga sipil di Kota Jenin, Tepi Barat. Ini merupakan serangan yang paling mematikan di Jenin selama ketegangan bertahun-tahun.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (28/1/2023) menjanjikan tanggapan kuat, cepat dan tepat terhadap serangan sinagoge di Yerusalem. Militer Israel mengerahkan lebih banyak pasukan ke wilayah pendudukan Tepi Barat. Setidaknya 30 warga Palestina termasuk militan dan warga sipil, telah tewas di Tepi Barat sejak awal bulan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement