REPUBLIKA.CO.ID, PARIS--Prancis dan China sepakat untuk membentuk kemitraan strategis di bidang tenaga nuklir sipil yang akan berkisar dari membangun reaktor bersama hingga mengeksploitasi tambang uranium, kata Presiden Prancis Nicolas Sarkozy, Kamis (4/11).
Pengumumannya itu tiba setelah pertemuan dengan Presiden China Hu Jintao, yang berada di Prancis untuk kunjungan tiga hari, dan penandatanganan sejumlah perjanjian bisnis termasuk kontrak senilai 3,5 miliar dolar dengan perusahaan energi Areva untuk memasok 20.000 ton uranium.
Kemitraan itu menandai kebersamaan mendatang keahlian teknik Prancis dalam tenaga nuklir sipil -- Prancis sangat tergantung pada energi nuklir -- dan rasa lapar yang tak puas-puas Cina pada energi murah untuk meningkatkan pertumbuhan.
"Kami telah memutuskan untuk bekerja tanpa batas mengenai kolaborasi strategis dalam domain nuklir yang akan bergerak lebih jauh dalam spektum penuh aktivitas nuklir," kata Sarkozy dalam pidato setelah upacara penandatanganan perjanjian di istana presiden.
Kedua negara itu akan mengerjakan reaktor nuklir, pemrosesan kembali bahan bakar dan penyulingan uranium serta akan mempertimbangkan penjualan produk kolaborasi mereka ke pihak ketiga, ia menambahkan.
Dalam kunjungan yang ditujukan untuk meredakan ketegangan perdagangan dengan Eropa dan membicarakan prakarsa Kelompok 20 mendatang oleh Prancis, Paris dan Beijing telah memperkokoh hubungan dagang mereka dengan sejumlah perjanjian senilai 20 miliar dolar.
Hu menjamin Prancis, dukungan China ketika negara itu mengambilalih kepresidenan forum ekonomi G20 akhir bulan ini, dan kedua pemimpin tersebut menyerukan pembaruan luas sistim keuangan dengan tujuan mengurangi ketidakseimbangan ekonomi global.