Rabu 21 Jul 2010 01:54 WIB

Amerika Prihatin Perjanjian Nuklir Pakistan-Cina

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMBAD--Amerika Serikat telah menyampaikan "keprihatinan" pada Islamabad soal penjualan reaktor nuklir China kepada Pakistan. Demikian pernyataan itu diungkap oleh Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, pada konferensi pers, Senin (19/7).

Washington telah minta klarifikasi dari Beijing mengenai perjanjian untuk membangun dua reaktor 650 megawatt baru di provinsi Punjab, Pakistan, dengan mengatakan perjanjian itu harus disetujui oleh Kelompok Pemasok Nuklir (NSG).

"Kami percaya bahwa NSG, yang belum lama ini telah bertemu untuk menguji penjualan yang anda rujuk itu, telah mengajukan serangkaian pertanyaan yang sebaiknya dijawab. Itu menjadi bagian dari transaksi yang melibatkan negara besar nuklir serta ada keprihatinan pada masyarakat internasional, Pakistan tahu itu," kata Hillary.

"Kami telah menyampaikan keprihatinan itu. Anggota lain NSG juga mengungkapkan itu dan kami menanti-nanti jawaban atas pertanyaan yang diajukan tersebut," jelasnya pada wartawan di ibukoya Pakistan, Islamabad.

Perjanjian itu terungkap di pers Inggris, April, lalu setelah China pada 2004 masuk NSG. NSG adalah kelompok negara energi nuklir yang dilarang mengekspor ke negara-negara yang dianggap kekurangan perlindungan ketat oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

AS pada 2008 telah menandatangani perjanjian nuklir penting dengan musuh lama Pakistan, yakni India. Langkah itu, diyakini pengamat telah mendorong dasar bagi perjanjian Pakistan dengan China.

Pakistan telah menekan AS untuk menandatangani perjanjian nuklir yang sama seperti dengan India. Hillary Clinton, Senin, menyatakan "pembicaraan intensif" telah dimulai untuk menyelidiki (kemungkinan) perjanjian nuklir sipil dengan Pakistan, tapi menguraikan masalah-masalah yang dibicarakan termasuk pengawasan yang teliti atas ekspor informasi dan material nuklir.

Bapak bom nuklir Pakistan, Abdel Qader Khan, mengaku pada 2004 telah mengirim rahasia nuklir ke Iran, Libia dan Korea Utara, meskipun ia kemudian menarik pernyataannya. "Pengawasan ekspor sekaligus masalah dengan Tuan AQ Khan telah menambah kekhawatiran pada masyarakat dunia dan tidak hanya di AS karena kita dapat melacak ekspor informasi dan material nuklir dari Pakistan melalui semua macam saluran ke banyak negara yang berbeda. Itulah masalahnya," kata Hillary pada pertemuan di balai kota di Islamabad.

Hillary Clinton juga mengkritik Pakistan karena merintangi perjanjian internasional yang diusulkan untuk melarang produksi lagi material fisil senjata nuklir atau bahan peledak lainnya. "Saya hanya ingin anda mengerti bahwa kami akan memenuhi komitmen kami untuk mencapai hal ini, tapi itu bukan jalan satu arah," kata dia. "Harus ada kesadaran dalam orangdi pikiran mereka mereka ... ini harus dibicarakan," Hillary Clinton menambahkan.

sumber : Ant/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement