Jumat 04 Apr 2014 10:49 WIB

Lima Tokoh Muda Muslim Indonesia Kunjungi Australia

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Sebanyak lima anak muda asal Indonesia kini sedang berada di Australia untuk mengikuti Program Pertukaran Tokoh Muda Muslim 2014. Selama dua minggu sejak 31 Maret, kelimanya mengunjungi Melbourne, Canberra, dan Sydney untuk mempelajari kehidupan umat Muslim dan peranan Islam di Australia. Inilah kelima tokoh muda tersebut.

1. Siti Tarawiyah
Siti Tarawiyah
Foto: ABC International
Siti Tarawiyah menghabiskan waktunya sebagai tenaga lapangan pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di tengah kenyataan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang tak lagi menjadi isu utama dalam pembangunan, Tara terjun ke desa-desa di daerahnya. “Tantangan kependudukan kita ada di desa-desa,” kata Siti Tarawiah.
“Kantong kemiskinan kita itu ada di pedesaan. Menurut pengalaman saya empat tahun dalam isu ini, doktrin banyak anak banyak rezeki serta doktrin yang berkaitan dengan keagamaan tentang tidak boleh membatasi kelahiran, masih begitu kuat di desa-desa,” tambah Tara, yang juga Wakil Ketua Fatayat Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan ini.
2. Sukron Ma'mun
Sukron Ma'mun
Foto: ABC International
Sukron Ma’mun, pengajar Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga di Jawa Tengah, memiliki minat tinggi terhadap sejarah dan khususnya bagaimana perkembangan agama Islam di berbagai masyarakat dilihat dari sudut sejarah. Ia setuju dengan pendapat presiden pertama Indonesia, Soekarno, “jangan sekali-kali melupakan sejarah.”

Dengan mengikuti Program Pertukaran Tokoh Muda Muslim 2014, ia berharap bisa tahu lebih banyak tentang sejarah perkembangan Islam di Australia. “Sejauh buku yang saya baca, Islam di sini berasal dari indonesia meskipun dari negara lain juga. Tapi kita sedikit bangga bahwa Islam yang dari indonesia itu berbeda dari tempat-tempat lain. “

3. Ikfina Maufuriyah
Ikfina Maufuriyah
Foto: ABC International
Ikfina Maufuriyah sudah memiliki pengalaman dalam kegiatan belajar mengajar, terutama bagi anak-anak dan remaja. Guru bahasa Inggris ini di Madrasah Hasyim Asy'ari di Jepara, Jawa Tengah, ini memiliki banyak inspirasi saat menjadi peserta Program Pertukaran Tokoh Muda Muslim ini .

"Di sini banyak terdapat diskusi antara umat beragama dan keyakinan, dan hal ini yang ingin saya lakukan di Indonesia, setidaknya di Jepara dulu," ujar Ikfina yang pernah mendapat beasiswa Ford Foundation di Amerika Serikat ini. "Di Indonesia biasanya hanya tokoh atau pemuka yang terlibat dalam dialog, tapi saya ingin mengajak warga biasa, siapapun bisa terlibat untuk bisa saling memahami satu sama lain."

4. Zahrul Fata
Zahrul Fata
Foto: ABC International
Dr Zahrul Fata adalah dosen dan juga Ketua Program Kajian Tafsir dan Hadits dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, Jawa Timur. Ia pernah mempublikasi buku yang membahas soal pluralism agama menurut Al Quran.

"Pluarism itu sebenarnya lebih pada pemikiran barat yang artinya menyamakan semua agama. Sementara menurut Al Quran, tidak semua agama adalah sama, tapi keberadaan agama lain diakui," ujarnya. "Dengan mengakui keberadaan agama dan keyakinan lain, kita diwajibkan untuk saling menghormati, tapi bukan berarti menanggalkan apa yang kita yakini." Zahrul mengaku kalau toleransi ini bisa terlihat di Australia dimana setiap komunitas menghargai satu sama lain, tanpa tendensi.

5. Nor Ismah
Nor Ismah
Foto: ABC International
Nor Ismah, asal Pekalongan (Jawa Tengah) adalah seorang penulis, yang sudah tertarik menulis dari sejak usia 9 tahun. Ayahnya selalu menceritakan cerita-cerita rakyat ketika dia masih kecil. Ketika mencapai usia 13 tahun Nor Ismah masuk pesantren di Jombang dan setelah 7 tahun di sana dia mulai aktif di jurnalistik dan juga tulis menulis. Sekarang jadi ketua Komunitas Penulis Matapena di Yogyakarta.

Ismad mengaku tertarik dengan gagasan mempromosikan saling memahami perbedaan, sehingga bisa bekerjasama untuk melakukan pembangunan antar bangsa. Yang menarik di Australia, menurut Ismah sebagai seorang Muslim, ”Kita bisa menemukan musala kecil di kampus, atau masjid-masjid di luar kampus. Itu sesuatu yang menyenangkan. Dan kalau orang melihat Muslim berjilbab, itu bukan sebagai sesuatu yang aneh."

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement