Kamis 19 Jun 2014 20:22 WIB

Pos Australia Suntikkan Dana 40 Juta Dolar ke Ratusan Kantor Pos Daerah

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA -- Pos Australia telah mengumumkan suntikan dana sebesar 40 juta dolar berbentuk program daerah berkelanjutan bagi ratusan kantor pos berlisensi di daerah.

Pos Australia akan berinvestasi sebesar 40 juta dolar guna meningkatkan kapabilitas ratusan kantor pos daerah.
Suntikan dana itu akan digunakan untuk menyediakan fasilitas teknologi, seperti mesin ‘Eftpos’ (mesin yang digunakan untuk menggesek kartu debit/kredit ketika membayar), bagi lebih dari 400 kantor pos daerah.

Selain itu, bantuan juga akan dimanfaatkan untuk meningkatkan pembayaran minimum tahunan senilai 6000 dolar, demi menutup biaya operasional tiap kantor pos daerah yang termasuk dalam program.

Manajer Layanan Ritel Pos Australia, Christine Corbett, mengatakan, suntikan dana itu didapatkan dari alokasi pemotongan atau pemberhentian 900 pegawai, yang dilakukan minggu lalu. “Kami telah melakukan survei pada awal Januari lalu dan dua hal penting yang dikatakan pelanggan kami adalah...nomor satu, keberlanjutan kantor pos dan yang kedua adalah, area jangkauan layanan paket yang lebih luas serta pilihan paket yang lebih beragam,” ujar Christine, baru-baru ini.

Namun, suntikan dana itu masih mengecewakan beberapa kantor pos daerah yang berlisensi.

Angela Cramp dari grup Kantor Pos Berlisensi mengatakan, peningkatan pada pembayaran minimum tahunan masih belum cukup untuk membantu bisnis seperti yang dimilikinya. “Tarif dasarnya, yakni 20.000 dolar, saat ini hanya bisa membuat kami berpikir seberapa banyak yang dihasilkan jika anda membuka kantor pos berlisensi. Namun sejumlah kantor pos tersebut kemungkinan melayani 10,20,30 orang per hari. Itu bukan jumlah kunjungan rata-rata per hari dari kantor pos berlisensi.

Saya akan mendapat 71 sen per hari karena satu-satunya pembayaran dalam suntikan dana yang diperuntukkan bagi sebagian besar kantor pos berlisensi itu, adalah peningkatan 20 persen tunjangan, dan bisnis kecil ini bahkan tak mampu menutup ongkos dasarnya,” jelas Angela.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement