Kamis 13 Nov 2014 13:55 WIB

Menteri Australia Ingin Desak Putin Soal MH17 di G20

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, BRISBANE -- Menteri Utama Queensland, Campbell Newman menyatakan, pihaknya akan mendesak adanya jawaban jika bertatap muka dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di pertemuan G20. Adapun pertanyaannya menyangkut kasus jatuhnya pesawat MH17 di mana banyak warga Queensland yang berduka karena kehilangan keluarganya. 

Ditemui di Brisbane, Menteri Campbell menuturkan, ia akan mendesak cukup keras agar Presiden Rusia tersebut memberi jawaban atas tragedi itu, kepada warga Queensland. Total 298 orang, termasuk 38 warga negara dan penduduk Australia, tewas ketika pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di wilayah timur Ukraina, pada Juli lalu.

“Jika saya benar-benar bertatap muka dengannya, saya akan menyampaikan secara sopan, namun blak-blakan, kepadanya bahwa ada banyak warga Australia dan Queensland yang berduka, yang menginginkan jawaban, yang ingin adanya investigasi layak, yang ingin menyeret pelaku penembakan ke pengadilan dan kami ingin ia bekerjasama dalam hal itu,” ungkap sang Menteri baru-baru ini.

Ia menyambung, “Itulah yang akan saya katakan kepadanya dan saya akan menekankan hal ini cukup keras demi warga di negara bagian ini, seperti keluarga Guard yang kehilangan orang tua mereka.”

Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, memiliki waktu 15 menit untuk melakukan pertemuan tertutup terkait MH17 dengan Putin, pada saat APEC berlangsung di Beijing, pekan ini. Menteri Campbell mengatakan, PM Abbott bertekad untuk mendapat sejumlah jawaban dari Presiden Putin.

“Sebelumnya, saya sudah berbicara dengan PM Abbott mengenai masalah itu, dan ia bertekad untuk melihat apa yang terjadi nanti. Ia bertekad untuk menegakkan keadilan bagi seluruh warga Australia yang menjadi korban dari kejahatan yang memilukan ini,” tutur Menteri Campbell.

Penduduk Brisbane, Paul Guard, yang kehilangan orang tuanya dalam insiden jatuhnya MH17, mengatakan, komentar PM Abbott terhadap Presiden Putin yang mengandung ungkapan kasar bukanlah pilihan kata yang bijak.

“Saya tak berpikir bahasa kasar diperlukan. Ini harus dilakukan lewat dialog konstruktif,” tuturnya.

Ia mengatakan, “Kita perlu mendorong Rusia untuk jujur dan terbuka serta membicarakan perannya dalam mewujudkan perdamaian di konflik itu, ketimbang mengeskalasi ketegangan, dan saya tak berpikir bahasa agresif apapun akan menolong.”

Paul mengutarakan, terlalu dini untuk menyalahkan Rusia atas tragedi MH17.

“Saya pikir, kita harus menunggu temuan invesatigasi independen, dan seperti yang disampaikan Perdana Menteri Belanda, kita tak ingin berburuk sangka atas investigasi itu atau membuatnya terlihat tak independen, jadi saya mendesak para pemimpin untuk tak menyalahkan dan menunjuk pihak manapun terlebih dahulu,” jelasnya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement