Pemerintah Indonesia lewat program LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) memberian beasiswa setiap tahun kepada mahasiwa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Salah satu syarat dalam melamar adalah membuat esai. Heru Handika yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Melbourne memberikan tips bagaimana menulis esai.
LPDP baru saja mengumumkan jadwal seleksi beasiswa tahun 2016. Esai adalah salah satu syarat utama dalam aplikasi tersebut. Bagi kami awardee (penerima beasiswa LPDP) sudah menjadi hal biasa diserbu teman-teman yang akan melamar, salah satunya untuk meminta contoh esai.
Saya sendiri tidak mau menyerahkan contoh ini. Karena dikhawatirkan akan adanya copy-paste —LPDP sangat concerned dengan hal ini. Jika ketahuan, tidak hanya merugikan calon pelamar, tapi juga awardee yang bersangkutan.
Tulisan berikut ini tidak hanya bermanfaat bagi pelamar beasiswa LPDP. Tapi, mungkin juga membantu mereka yang ingin belajar menulis.
Ini yang perlu diperhatikan dalam menulis esai, dan beberapa tips berguna pada bagian akhir yang sangat penting sekali:
1. Stay Focus
Ada dua tema dalam esai LPDP: “Kontribusiku Bagi Indonesia: kontribusi yang telah, sedang dan akan saya lakukan untuk masyarakat/lembaga/instansi/profesi komunitas saya” dan "Sukses Terbesar dalam Hidupku”.
Tema pertama mengalami sedikit perubahan dari tema sebelumnya. Tidak jauh berbeda dengan tema sebelumnya, hanya lebih detil saja.
Pada judul pertama, banyak yang menulis esai dengan menjabarkan segala kontribusi yang telah dia lakukan. Namun, saya sendiri hanya fokus pada satu topik yang berkaitan dengan bidang saya. Karena bidang saya biologi, saya bercerita tentang kontribusi saya dalam mengkaji keanekaragaman hayati Indonesia.
Pada judul kedua, cerita "Sukses Terbesar dalam Hidupku" ini saya kaitkan dengan esai pertama. Walaupun, saya tidak mencantumkan hubungan dengan esai pertama secara jelas, tapi dari isi tulisannya kelihatan sangat berkaitan.
Saya tidak bercerita banyak hal. Tidak menjabarkan semua kontribusi saya untuk Indonesia. Hanya satu saja. Tidak lebih. Kemudian saya kembangkan untuk menggambarkan cita-cita saya.
Heru Handika sedang melanjutkan pendidikan S2 di bidang zoology di Universitas Melbourne.
Inilah yang saya maksud dengan stay focus. Menulis esai dengan satu fokus cerita akan lebih mudah, dibandingkan harus memasukkan berbagai macam cerita ke dalamnya; terkadang malah ceritanya menjadi tidak saling berkaitan.
Singkatnya, semua tergantung bagaimana kita membungkusnya (dalam artian positif) hingga menjadi sebuah cerita yang benar-benar bermakna. Menjadi impian dan harapan kita dalam membantu kemajuan Indonesia di masa depan.
2. Susun Esai Berdasarkan Urutan Seharusnya
Maksudnya begini, dalam menulis esai kita harus memastikan alirannya dimulai dari pendahuluan, isi, hingga penutup. Memang, esai ini hanya kumpulan paragraf yang saling berhubungan, tidak ada dituliskan "Pendahuluan", "Isi", dan "Penutup". Namun, dalam menuliskannya, alirannya harus jelas dan runut; tidak pindah kesana-kemari.
Terdengar klise, tapi ini penting untuk diingatkan.
Misalnya, kita memulai esai dengan paragraf tentang impian memajuan perikanan. Pada paragraf kedua, lanjutkan dengan bercerita tentang permasalahan-permasalah yang ditemukan. Dukung argumen-argumen kita dengan contoh konkret tentang usaha yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan; jangan pernah bercerita masalah tanpa solusi. Pada paragraf akhir, tuliskan kesimpulan dari tulisan tersebut serta harapan ke depannya.
3. Mulai dari Pendahuluan yang Meyakinkan, Akhiri dengan Ending yang Mengesankan
Pendahuluan merupakan bagian tersulit dalam menulis esai. Saya sarankan untuk menaruh perhatian lebih disini. Penduluan yang kuat menjadi awal untuk memastikan tulisan and stand out from the crowd (hal yang unik yang berbeda dari yang lain). Berikut contoh pendahuluan kedua esai saya:
ina_heru essay 1
Pada contoh pertama, saya memulai dengan realita Indonesia. Poin pentingnya ada pada kalimat terakhir, ini bagian penting bagi saya untuk bercerita mengenai bidang saya dan peranannya.
Pada contoh kedua, saya memulai dengan harapan saya yang kontras dengan kenyataan yang saya dapatkan. Cerita inilah yang kemudian saya kembangkan untuk mendefinisikan arti kesuksesan menurut saya.
Begitu juga dengan penutup. Berikut contoh penutup pada esai saya:
ina_heru essay 2
Saya menyimpulkan tulisan saya disini, dan menutupnya dengan kalimat yang memiliki keyakinan yang kuat.
Semua contoh tersebut tidaklah sempurna, tapi setidaknya memberikan gambaran tentang bagaimana menulis esai.
4. Killer Tips
Tahukah anda, ketika draft-nya selesai, tulisan di blog ini tidak langsung saya publish? Draft saya simpan, lalu saya tutup dan melupakannya dalam waktu tertentu; biasanya sehari. Kemudian saya balik lagi, melakukan revisi dan penulisan ulang. Saya baru publish ketika saya rasa sudah layak. Begitu kira-kira proses kreatif saya dalam menulis, mungkin juga teman-teman lain yang hobby menulis.
Dalam kasus esai ini, saya sangat sarankan jangan langsung submit setelah anda selesai menulisnya. Tinggalkan beberapa saat, sebaiknya beberapa hari. Lupakan. Pikirkan kegiatan anda yang lain.
Kenapa? Pada saat pertama kita menulis, faktor emosional kita akan berusaha meyakinkan bahwa tulisan tersebut bagus. Merevisi langsung, hanya akan membuatnya semakin berantakan.
Dengan melupakannya, kita akan kembali melihat tulisan tersebut dengan pikiran yang lebih jernih. Sederhananya, kita akan bisa membacanya seolah-olah sebagai orang lain. Pada tahap inilah sebaiknya revisi dilakukan.
Setelah beberapa hari, dan anda sudah benar-benar yakin esai-nya bagus, baru kemudian dikirim ke LPDP. Lengkapi berkas yang lain. Setelah itu tinggal berdo'a. Karena semua usaha sudah dilakukan.
Sedikit berbagi, saya mendapatkan beasiswa LPDP bukan pada lamaran pertama. Pada lamaran kesekian hingga kemudian dipanggil wawancara, esai adalah bagian yang saya perbaiki dalam aplikasi saya. Rejeki takkan lari kemana, asal kita terus berjuang.
Terakhir, anda juga pastinya menyadari bahwa artikel ini ditulis manusia. Tidak absolut benar. Bisa dijadikan pedoman, tetapi yang lebih penting adalah menjadi diri sendiri dan menemukan pola anda.
* Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan sebelumnya pernah dimuat di blog pribadi Tikus.net.. Heru Handika adalah penerima beasiswa LPDP tahun 2014. Saat ini aktif sebagai mahasiswa Master of Science (Zoology) di University of Melbourne, Australia, juga aktif melakukan penelitian di Museum Victoria, Melbourne, Australia.