Kamis 30 Jun 2016 08:30 WIB

Wanua Malise, Remaja yang Tetap Berpuasa Sambil Bermain Footy

Red:
abc news
Foto: abc news
abc news

Berpuasa bagi murid-murid muslim yang bersekolah di Australia memiliki tantangan tersendiri. Apalagi jika aktif dalam klub olahraga, seperti yang dialami Wanua Malise, murid asal Indonesia yang menjadi anggota Waverley Park Hawks Junior Footy Club Under 12 Girls. Berikut kisah Wanua yang dituturkan ayahnya, Muslimin Marwas, terkait momentum AFL Multicultural Round 2016 pada 7-10 Juli.

Puasa di kampung halaman akan selalu istimewa, teringat es buah dan pisang ijo, penganan berbuka yang lezat dari kota Makassar diselingi suara adzan menghadirkan suasana bahagia. Sebelum berbuka, hampir semua berkumpul ataupun ngabuburit bersama teman dan keluarga.

Begitupun sekolah menjadi lebih spesial, karena ada beberapa yang libur ataupun jika tetap bersekolah maka tidak ada kegiatan fisik, termasuk olahrga. Kegiatan diganti dengan kegiatan rohani dan jadwal belajar selesai satu jam lebih cepat. Bahkan kegitan eskul sore pun ditiadakan.

Lain halnya suasana bulan puasa di Melbourne, Australia. Menjalani Ramadan adalah ritual pribadi yang tidak perlu semua orang tahu. Meskipun akses tentang informasi Ramadan mungkin bisa dibaca namun tidak berarti semua non-muslim di sini paham dan ingat.

Terkadang tetap saja saya harus menolak secara halus ajakan makan siang atau minum kopi dari kawan sambil menerangkan tentang Ramadan secara sederhana. Tidak ada perlakuan istimewa seperti libur sekolah kecuali jika kebetulan bertepatan dengan liburan akhir semester. Sekolah tetap berjalan seperti biasanya.

Sebagain muslim yang hampir enam tahun menetap di sini, saya pun belajar untuk melatih putri saya berpuasa dari tahun-ketahun secara perlahan. Tahun ini saya beharap dia bisa berpuasa penuh karena usianya sudah genap 12 tahun.

Kali ini saya ingin berbagi tentang kegiatan eksul putri saya, Wanua Malise, selama bulan Ramadan. Kami sempat berdiskusi tentang kesanggupan dia tetap aktif di klub footy Australian Football League (AFL) selama Ramadan.

wanua malise satu Billy sang pelatih klub Junior Waverly Hawks, memberikan arahan dan strategi permainan sebelum bertanding. Nunu tampak mengenakan nomor punggung 38.

Foto: Muslimin Marwas

Bemain footy menjadi eskul putri saya yang bergabung di klub Waverley Park Hawks - untuk remaja putri usia di bawah 12 tahun. Latihan rutin setiap Kamis sore dan jadwal tanding setiap hari Minggu pagi atau siang hari

Tapi bulan ini, menjelang dan selama Ramadan serta sesudah lebaran adalah puncak menuju final untuk musim pertandingan footy di Australia. Jadi latihan menjadi semakin giat, apalagi mereka akan ikut bermain di Eitihad Stadium, Melbourne.

Di klub ini ada tiga remaja muslim asal Indonesia, selain putriku Wanua Malise, yaitu Nayla Rosihan dan Safira. Mereka sepakat untuk tetap berpuasa penuh dan tetap bermain dengan semangat.

Latihan setiap hari Kamis, sepulang sekolah, mulai jam 4.30-6.00 sore.  Jika di Indonesia, pertanda berbuka dengan suara adzan magrib, bagi anak-anak ini suara peluit penanda latihan pertama usai berarti bisa istirahat minum dan makan yang ringan secukupnya.

Jika tempat latihan agak jauh mereka berbuka di mobil di perjalanan dengan air putih, es krim, dan kentang goreng yang dibeli dari restoran through sepanjang jalan. Syukurnya anak-anak ini tidak mengeluh ataupun keberatan. Semua berjalan seperti hari biasa saja.

Pertandingan antar klub setiap Minggu pagi atau siang melawan satu atau dua club. Tampaknya menjadi sangat berat bagi putri saya, setiap jeda istirahat, runner akan berlari ke tengah lapangan membawa minum untuk semua pemain dan anak saya bersama dua teman itu biasanya memilih duduk saja.

Di jeda istirahat berikutnya, manager tim akan membagikan buah segar dan permen sebagai penyemangat untuk semua pemain. Tapi kuamati putriku dan kedua temannya biasa-biasa saja, mereka tetap berbaur dengan teman-teman yang sedang makan. Tidak ada yang istimewa, semua dijalani seperti biasa.

Sebenarnya tahun lalu pun mereka sudah belajar berpuasa di tengah musim pertandingan semi-final. Di antara perjuangan untuk masuk ke final anak-nak ini tetap beusaha untuk berpuasa penuh. Beberapa temannya ada yang merasa kasihan dan menyodorkan botol minuman sambil berkata tidak bisakah kamu minum seteguk saja. Putriku menceritakan betapa dia harus menggeleng setiap kali ditawari minum pada saat jeda istirahat itu.

waverley park hawks Tim footy junior dari Klub Waverley Park Hawks kelompok remaja putri di bawah 12 tahun.

Facebook: Waverley Park Hawks Junior Football Club

Baik pelatih maupun manajer dan pembantu tim lainya tahu jika ada anak asuhnya yang berpuasa. Tapi tidak semua anggota tim mungkin paham puasa Ramadan yang berbeda dari puasa vegan atau puasa agama lain. Namun hali ini tidak diributkan oleh putri saya dan kedua temanya. Buat mereka yang penting bertanding dan latihan.

Tetapi, sang pelatih, Billy, yang kebetulan sudah punya pengalaman melatih beberapa anak muslim, memberi aturan baru khusus bulan ramadan. Dia menerangkan tentang tantangan bermain footy anak-anak di bawah usia 16 tahun itu sangat berat, meskipun ada beberapa aturan yang disesuaikan usia, namun menurut dia akan menjadi berlipat ganda jika dilakukan dengan kondisi tubuh yg minim asupan air dan makanan. Jadi dia membuat aturan agar pemain muslim, termasuk putriku untuk main satu game atau round saja dari total empat round.

Sebenarnya saya sempat protes karena menurut saya mereka sanggup. Di tiap tim, pelatih biasanya memberikan nama pangilan yang terkait dengan kemampuan dan kelincahan bermain, termasuk putriku dan teman-temannya, seperti Nayla Rosihan denga gelar “small truck”, Wanua Malise dengan gelar “sunshine”. Gelar ini menunjukkan keistimewaan kapasitas kekuatan mereka dalam pertandingan.  

Jadi menurutku mereka pasti bisa. Tapi sang pelatih menjawab “olahraga ini sangat berat, kamu harus mencoba olahrga ini sebelum berpikir untuk menyuruh anakmu berpuasa penuh”. Terus terang saya salut meskipun ada tekanan kompetisi antar klub yang begitu kuat musim ini, sang pelatih memberi kelonggaran. Dia berkata bahwa pertandingan sebelum bulan puasa itu adalah puncak pertengahn menuju final, jadi biarkan minggu ini dan selama bulan puasa kita bermain dengan santai. Karena menurut dia, inti dari permainan ini adalah anak-anak bersosialisasi dan bergembira.

Yang membahagiakan karena pertengahan musim, sehari sebelum bulan puasa, tim ini sementara sudah berada di posisi atas, menang beberapa poin dari tim yang juara tahun  lalu. Semoga bulan suci tahun ini membawa berkah bagi tim putri saya untuk merebut gelar juara pertama. Hidup team Hawk!

*Muslimin Marwas adalah warga Indonesia di Melbourne. Tulisan ini merupakan pendapat pribadi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement